Lihat ke Halaman Asli

Publikasi GMNI UNP

Kami adalah organisasi kepemudaan berideologi nasionalis dan berada di Sumatera Barat

Menafsir Mimpi Kaum Marhaen di UNP

Diperbarui: 8 November 2022   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ditulis oleh Alim Harun Pamungkas, Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

Tujuan saya menulis bahan ini adalah sebagai
pengantar diskusi kita tentang mengembangkan organisasi ini di Universitas
Negeri Padang. Sebagai langkah awal dari
pencarian benang merah dari beragamnya ide kita yang berserakan.

Tulisan ini dipandu oleh cara pandang teori difusi inovasi dari Gabriel Tarde di
awal 1900-an yang selanjutnya dikembangkan
oleh Everett M. Roger pada 1960-an.

Cara pandang difusi inovasi digunakan
untuk melihat sejauh mana individu atau suatu
kelompok dalam mengadopsi sebuah inovasi.
Inovasi yang dimaksud adalah gagasan,
pengetahuan, dan teknologi.

Dalam konteks organisasi kita (GMNI di
UNP) berarti sejauh mana gagasan nasionalisme
diadopsi oleh mahasiswa. Atau sejauh mana
mahasiswa di UNP mengenal GMNI dari aspek
keorganisasian, aktivitas, dan perannya pada
organisasi kemahasiswaan di UNP. Bagian ini
merupakan pembatasan yang diusulkan melalui
tulisan ini.

Praksis karakteristik inovasi

Empat ciri inovasi yang dapat diadopsi
dari Rogers adalah (1) relative advantage
(keuntungan relatif), (2) compatibility (kesesuaian), (3) complexity (kerumitan), (4) triablity (siap uji). Pertama, relative advantage (keuntungan relatif). Ciri ini dapat didekati dari elaborasi menggunakan hasil baca tentang teori dramaturgi.

Ciri ini terkait dengan seberapa besar atau
sedalam apa mahasiswa UNP merasakan efek
nyata (kepuasan) dari keberadaan GMNI di UNP.
Semakin besar mahasiswa UNP merasakan efek
nyata dari gagasan, program, dan kiprah kader
GMNI di UNP, maka semakin cepat pula GMNI
dikenal di UNP.

Kedua, compatibility (kesesuaian). Ciri ini
dapat didekati dari elaborasi dari hasil baca
tentang teori fenomenologi. Ciri ini berhubungan dengan sesuai atau tidaknya pola organisasi GMNI bagi kebutuhan pengembangan organisasi
kemahasiswaan di UNP. Lebih dalam, adalah
menilik kesesuaian kiprah kader GMNI dalam
keterlibatan di dalam kegiatan kemahasiswaan di berbagai tingkatan.


Ketiga, complexity (kerumitan). Pemahaan
tentang ciri ini dapat didekati menggunakan teori semiotka komunikasi. Ciri ini berkaitan dengan kerumitan yang mungkin akan dihadapi
mahasiswa di UNP untuk memahami gagasan
yang diusung oleh GMNI, seperti nasionalisme,
sosialisme Indonesia (marhaenisme).

Keempat, triability (siap uji). Ciri ini dapat
didekati melalui teori spiral of silence (spiral
keheningan). Ciri ini menuntut situasi yang lebih
rumit. 

Ciri ini menuntut semua kader GMNI UNP
untuk dapat mengejawantahkan pemahamannya tentang ideologi dan pola gerakan GMNI dalam kehidupan keorganisasian di UNP.
Sebuah ide yang ditawarkan oleh GMNI tentang suksesi kepemimpinan Ormawa misalnya haruslah bersifat siap uji dan mampu terap. Keberhasilan atau kelaikan dari hasil uji tersebut akan memperkuat pengetahuan khalayak UNP tentang kelebihan dan kekurangan dari gagasan besar yang diusung oleh GMNI.

Praksis elemen difusi inovasi

Empat elemen lengkap dari teori difusi
inovasi adalah inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial. Pertama, inovasi. Dalam konteks tulisan ini diartikan sebagai gagasan atau tindakan yang
dicetuskan oleh GMNI UNP untuk lahirnya suatu
kreasi baru di UNP. Kreasi bisa berwujud ide
diskusi atau seminar yang bernas, pola organisasi dan tata kerja baru, atau bentuk kegiatan masal yang belum pernah diselenggarakan di UNP.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline