Lihat ke Halaman Asli

Julian Natanael F.S

Jurnalis SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Proses di balik Karya

Diperbarui: 31 Januari 2024   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dari jendela asrama aku memandang keluar. Dan dari kamarku terlihat atap hotel dan langit yang cerah karena kamarku berada di sebelah barat asrama. Pukul 4.30 bel pagi berbunyi tanda presensi pagi. Aku turun dari kamar dengan keadaan setengah sadar. Lalu menuliskan tanda tangan demi telepon genggam. Sehabis presensi pagi, aku kembali ke kamar dan kembali tidur untuk menyiapkan tenaga pada hari itu.

          Hari itu adalah hari Jum'at, hari dimana angkatan kami berlatih untuk acara puncak lustrum ke-VII sekolah kami SMA Bintang Pembimbing. Aku terbangun dari tidur pukul 5.30 pagi, dan hanya tersisa 15 menit sebelum bel sarapan asrama. Aku panik dan langsung berlari ke kamar mandi, dengan waktu yang tersisa mepet aku berusaha untuk tidak terlambat dan alhamdulilahnya Dewi Fortuna berpihak padaku. Bel makan tertunda sekitar 3 menit dan membuat ku tepat waktu.

          Setelah sarapan bersama, aku bersiap-siap dan pergi ke sekolah dengan beberapa entitas yang bisa kusebut "teman". Mereka adalah Anton, Wahyu, Deny, dan Erwin yang adalah entitas sesama penghuni asrama sepertiku. Kami harus berangkat lebih cepat karena jarak asrama ke sekolah sangat jauh dan kami harus berangkat dengan berjalan kaki. Pukul 6.30 kami berangkat usai teknologi yang kami sebut telepon genggam dibagikan. Kami tiba di sekolah sekitar pukul 6.32 usai menyebrangi jalan yang membatasi asrama dan sekolah.

 

          Kami tiba di sekolah dan langsung disambut lagu rohani dari saluran radio sekolah. Kami pun menuju kelas masing-masing. Erwin, Wahyu, dan Deny di kelas B sedangkan aku dan Anton di kelas E. Pukul 6.55 Bel sekolah berbunyi disertai renungan, doa pagi, dan lagu Indonesia raya. Setelah doa pagi, kami sekelas memulai sesi latihan bersama. Pada awalnya semua baik-baik saja, kami berlatih dengan baik sampai istirahat pertama tiba. Aku dan Nettha dipanggil untuk melatih maskot dan meninggalkan Melda (asisten sutradara) dan Odelia (wakil ketua koordinator)  untuk menangani kelas yang bagaikan mengurus kawanan Nasalis larvatus liar.

          Awalnya semua berjalan dengan baik  di kelas namun, tepat 2 jam pelajaran sebelum istirahat kedua, saat aku sedang sibuk briefing dengan para maskot tiba-tiba Melda datang dan memberitahuku bahwa kondisi kelas sedang kacau. Aku kemudian memintanya menggantikan ku untuk briefing dan aku kemudian pergi menuju kelas. Benar saja kondisi kelas sangat mengerikan kata-kata kasar keluar dari mulut Melda dan Odelia hanya bisa terdiam melihat kemarahan Melda satu kelas bertengkar dan aku hanya bisa menyaksikan kengerian itu,

      "Bangsat kalian semua!!!. Kalian tuh cuma tau ngeluh ga pernah bantu apalagi serius. "

Ucap Melda dengan nada marah tinggi.

     "Berisik lo Melda!!!. Lo tuh cuma bisa ngatur doang. Kalo Cuma nyuruh sama ngatur mah gue juga bisa. " Sahut Mika menanggapi kemarahan Melda.

     "Gue juga capek ya ngatur kalian semua tuh susah tau ga?!! Kalian tuh susah diatur, gamau serius, kalo dikasih tau ngejawab aja. " Bentak Melda kepada satu kelas.

        

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline