PENDIDIKAN ISLAM DI ERA KURIKULUM MERDEKA DAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE
Pendidikan Islam itu harus tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa mengorbankan nilai-nilai fundamental agama dan juga dapat membantu generasi muda memahami makna hidup dan tujuannya sebagai manusia. Hal ini dapat menjadi pedoman moral mereka dalam menghadapi tantangan dan godaan zaman modern. Pendidikan Islam harus memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi muda yang berkarakter mulia dan berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan era kurikulum merdeka saat ini..
Kurikulum Merdeka, diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada tahun 2021, membawa paradigma baru dalam pendidikan di Indonesia. Pendekatan berpusat pada murid, fleksibilitas belajar, dan diferensiasi kurikulum menjadi ciri khasnya.. Pendidikan Agama Islam (PAI) pun tak luput dari transformasi ini. Kurikulum merdeka memberikan keleluasaan bagi guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat peserta didik. Hal ini memungkinkan guru untuk mengintegrasikan materi Pendidikan Islam dengan lebih kontekstual dan mendalam, sehingga peserta didik dapat memahami dan mengamalkan ajaran Islam dengan lebih baik.
Kurikulum merdeka memberikan kebebasan yang lebih luas bagi guru dalam merancang pembelajaran. Hal ini membutuhkan pola pikir yang fleksibel dan kemampuan untuk beradaptasi dengan berbagai situasi dan kebutuhan belajar siswa. Guru dengan Growth Mindset akan lebih terbuka terhadap perubahan dan berani mencoba pendekatan baru dalam pembelajaran agama. Growth Mindset mendorong guru untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam merancang pembelajaran agama. Guru dengan pola pikir ini tidak akan terpaku pada metode tradisional dan berani mencoba pendekatan baru yang lebih menarik dan efektif untuk siswa. Growth Mindset mendorong kolaborasi dan kerjasama antara guru. Guru dengan pola pikir ini akan saling berbagi ide dan pengalaman, serta membantu satu sama lain dalam menghadapi tantangan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka dan memanfaatkan AI dalam pembelajaran agama
Dalam kurikulum merdeka juga ada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang memang sejalan dengan nilai-nilai Pendidikan Islam seperti gotong royang, disiplin diri, berpikir kreatif, kritis, berani, pantang menyerah, dan terus mencari peluang untuk mengembangkan diri yang kesemuanya itu sangatlah penting untuk ditanamkan saat ini.
Dengan kurikulum merdeka guru tak terkecuali guru pendidikan agama Islam dituntut untuk berubah dengan inovasi-inovasi baru dalam pembelajaran, berani mengambil risiko, keberanian untuk mengambil risiko adalah kemauan untuk melangkah keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru. Guru yang berani mengambil risiko tidak takut gagal dan selalu mencari peluang untuk berkembang. Pengembangan pengajaran dan pengetahuan tentang kurikulum merdeka dapat diikuti oleh guru dengan mengikuti pelatihan-pelatihan mandiri melalui aplikasi PMM (Platform Merdeka Mengajar) yang disediakan oleh Kementrian Pendidikan dan Kedudayaan Ristek. Jadi guru PAI didorong untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalismenya melalui pelatihan dan pengembangan berkelanjutan.
Berikut ini beberapa hal yang harus dimiliki guru PAI :
- Guru PAI harus memiliki pola pikir ini menekankan pada rasa memiliki dan tanggung jawab atas pembelajaran dan pengembangan diri. Guru PAI dengan Pola Pikir ini bersifat proaktif, mandiri, dan terus mencari peluang untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka.
- Semangat yang tulus untuk mengajar sangat penting bagi guru PAI untuk menginspirasi dan melibatkan siswa mereka. Semangat ini berasal dari kecintaan yang mendalam terhadap materi pelajaran dan keinginan untuk berbagi pengetahuan dan nilai-nilai dengan orang lain
- Guru PAI harus memiliki pemahaman yang kuat tentang ajaran, prinsip, dan praktik Islam. Penguasaan ini memungkinkan mereka untuk memberikan pengajaran yang akurat dan berwawasan luas yang memenuhi kebutuhan spiritual dan intelektual siswa
- Guru PAI yang efektif memiliki berbagai keterampilan pedagogis yang memungkinkan mereka untuk menciptakan pengalaman belajar yang menarik dan bermakna bagi siswa mereka. Keterampilan ini termasuk perencanaan pembelajaran, manajemen kelas, penilaian, dan diferensiasi
- Guru PAI menjadi teladan bagi peserta didiknya, baik di dalam maupun di luar kelas. Mereka harus mewujudkan nilai-nilai Islam, seperti kejujuran, integritas, kasih sayang, dan rasa hormat, dan menunjukkan nilai-nilai ini dalam interaksi mereka dengan siswa dan kolega.
- Guru PAI harus memiliki kecerdasan emosional untuk memahami dan mengelola emosi mereka sendiri dan emosi peserta didik mereka. Kecerdasan emosional ini memungkinkan mereka untuk menciptakan lingkungan kelas yang mendukung dan inklusif di mana siswa merasa aman dan dihormati.
- Guru PAI dapat memainkan peran kepemimpinan di sekolah dan masyarakat. Mereka harus dapat berkolaborasi secara efektif dengan rekan kerja, orang tua, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempromosikan pendidikan dan nilai-nilai Islam
Kualitas guru dan tenaga kependidikan merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pendidikan Islam. Guru harus memiliki pemahaman agama yang mendalam, pedagogig yang baik, dan kemampuan untuk membimbing peserta didik dengan sabar dan penuh kasih sayang.
Kurikulum dan metode pembelajaran harus diperbarui agar relevan dengan kebutuhan dan minat generasi muda.pemanfaatan Artfical Intelegence (AI) juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan Islam. Pendidikan Agama Islam juga perlu terus beradaptasi dan berkembang untuk menjawab tantangan zaman yang semakin kompleks dan mendorong penggunaan teknologi dalam pembelajaran. Hal ini membuka peluang untuk memanfaatkan teknologi AI dalam Pendidikan Islam, seperti penggunaan aplikasi untuk menghafal Al-Qur'an, pembelajaran bahasa Arab secara online, dan simulasi ibadah haji.
Di era AI, guru dituntut untuk terus meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya agar tidak tertinggal. Guru dengan Growth Mindset akan selalu mencari peluang untuk belajar dan mengembangkan diri, baik secara mandiri pada aplikasi PMM maupun melalui pelatihan dan seminar. AI memiliki potensi untuk menjadi alat bantu yang efektif dalam pembelajaran agama. Guru dengan Growth Mindset akan menyambut peluang ini dan mempelajari cara mengintegrasikan AI dengan tepat dalam praktik mengajar mereka.
Selanjutnya kebebasan imajinasi positif dalam pendidikan agama itu memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan pemikiran kritis mereka. Hal ini dapat membantu siswa untuk memahami konsep agama dengan lebih baik dan menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka. Ketika siswa diberi ruang untuk berimajinasi secara positif tentang agama, mereka dapat memperkuat kepercayaan dan keyakinan mereka. Imajinasi positif dapat membantu siswa untuk melihat keindahan dan makna dalam agama, serta meningkatkan rasa cinta dan pengabdian mereka kepada Tuhan.