Lihat ke Halaman Asli

Dr. Zulkieflimansyah; Pariwisata Harus Dikembangkan tapi Harus Menguntungkan Masyarakat NTB

Diperbarui: 31 Desember 2017   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://www.beritapks.com/2017/10/pilgub-ntb-2018-pks-demokrat-resmi-koalisi.html

Nusa Tenggara Barat, khususnya pulau Lombok merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Promosi wisata Pulau Lombok semakin gencar dilakukan, baik oleh pemerintah daerah, maupun pemerintah pusat. Karena itu, berbagai kebijakan dan pembangunan digalakkan di Lombok untuk mendukung pertumbuhan industri pariwisata.

Namun, pertumbuhan industri pariwisata tidak serta-merta akan menguntungkan mayoritas masyarakat lokal. Industri pariwisata layaknya pisau bermata dua, dia bisa membawa dampak positif, tetapi juga dampak negatif.

Dampak positif tentu saja terkait dengan pertumbuhan ekonomi, pembukaan lapangan kerja baru, dan optimalisasi potensi daerah. Namun, dampak negatif pariwisata juga besar, terkait dengan tergerusnya tradisi dan nilai-nilai budaya lokal, konsumerisme, kerusakan ekosistem (seperti di Gunung Rinjani), merebaknya konsumsi obat-obat terlarang dan minuman beralkohol, dan meningkatnya biaya hidup.

Dampak negatif industri pariwisata ini hampir selalu mengikuti setiap aktivitas pariwisata, terlebih ketika pemberdayaan masyarakat rendah. Sementara itu, dampak positifnya justru bukan dinikmati oleh masyarakat lokal. Dalam kasus NTB, khususnya Lombok, fenomena seperti ini yang menjadi persoalan industri pariwisata.

NTB memang mengalami pertumbuhan ekonomi, bahkan hingga di atas rata-rata nasional, namun tingkat kemiskinan juga tinggi di atas rata-rata nasional. Artinya, ada ketimpangan sosial-ekonomi yang sangat tinggi terjadi di NTB, khususnya Lombok. Dalam hal industri pariwisata, fenomena ini juga menjelaskan bahwa pelaku utama industri pariwisata Lombok bukan dikuasai oleh masyarakat lokal, namun para pemain dari luar daerah, seperti Bali, Jawa, Jakarta, dan daerah lain.

Bagi Dr. Zulkieflimansyah, sangat disayangkan potensi besar daerah NTB tersebut tidak berdampak signifikan pada kesejahtraan masyarakat lokal. Dia menilai bahwa industri pariwisata NTB yang seperti ini ibarat rumah yang memiliki halaman indah, dikunjungi banyak orang, namun yang menikmati keuntungan adalah tetangga. Tentu ini sangat tidak pantas terjadi.

Tentu menyedihkan, sebab dampak negatifnya kita yang tanggung tapi keuntungan mayoritas dinikmati oleh orang lain. Karena itu, Dr. Zulkieflimansyah menyatakan bahwa harus ada wawasan baru dalam pengembangan industri pariwisata NTB, jika kita memang menginginkan pariwisata sebagai industri unggulan daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline