Lihat ke Halaman Asli

Putri Amanda Pratiwi

Mahasiswi FIS UNJ

Pengemis Bentuk Kemiskinan

Diperbarui: 25 Desember 2021   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk terbanyak ke-4 di dunia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, jumlah penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa. Namun, banyaknya jumlah penduduk tersebut, masih banyak rakyat yang memiliki tingkat ekonomi yang buruk. BPS merilis hasil data pada 15 Juli 2021, Indonesia memiiki penduduk miskin berjumlah 27,54 juta jiwa.

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang dapat dikatakan sebagai masalah multidimensi. Mengapa dikatakan sebagai masalah multidimensi? Karena permasalahan kemiskinan tidak hanya berbicara perihal kebutuhan primer (sandang, pangan, papan) saja, tetapi juga berangkaian dengan kebutuhan lainnya (Sudibia dan Marheni, 2013). Pelbagai agenda sudah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan ini, tetapi hal tersebut belum memadai untuk menanggulangi kemiskinan yang terjadi (Daridarwani, 2014). Kemiskinan dapat dilihat melalui masih banyaknya masyarakat yang memiliki pendapatan ditingkat bawah pendapatan riil minimum (Budhi, 2013).

Pengemis menjadi salah satu pilihan bagi para pengangguran yang tidak memiliki keterampilan dan tidak ingin berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. Pengemis merupakan salah satu kegiatan yang tidak diperbolehkan oleh pemerintah, tetapi pada kenyataannya msaih banyak orang yang memilih menjadi seorang pengemis. Pengemis berkegiatan meminta-minta uang di muka umum setiap harinya. Dengan mencari-cari belas kasihan kepada orang-orang yang mereka lihat kelas sosialnya berada di atas mereka. Namun, pengemis ini bukanlah hanya menjadi fenomena sosial, melainkan bagi sebagian orang, kegiatan ini sudah menjadi mata pencahariannya.

Pada tulisan kali ini, penulis ingin menjelaskan teori struktural fungsional memandang kemiskinan dan juga teori dramaturgi melihat perilaku pengemis.

Kemiskinan

Kelas sosial atas memililki kekayaan dan kesejahteraan finansial yang sangat baik, berbeda dengan kelas bawah yang kondisi ekonominya bisa dikatakan sulit. Masyarakat jadi tidak setara dalam berbagai hal, rakyat miskin susah untuk dapat bersekolah, jika sakit juga tidak semudah rakyat kaya untuk berobat. Kemiskinan juga dapat dilihat sebagai keadaan yang kompleks. Hal tersebut dapat diketahui dengan ketidakmerataan pembangunan di Indonesia yang masih berpusat di kota-kota besar. Di kota-kota besar sudah banyak ditemukan fasilitas yang layak seperti kesehatan dan pendidikan. Berbeda dengan daerah pedesaan terpencil yang tidak dapat merasakan fasilitas yang cukup.

Ketidakmerataan ini juga dapat diartikan sebagai kesenjangan antara kelas sosial dan juga kelas ekonomi yang terjadi antara desa dan kota. Kemiskinan dipandang dari teori struktural fungsional karena terdapat ketidakfungsian di bidang ekonomi. Teori struktural fungsional berfokus pada keteraturan dan mengabaikan konflik dan juga perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Teori Talcott Parsons ini memiliki arti semua bagian harus menjadi satu kesatuan yang utuh. Jika satu bagian saja tidak ada maka akan terjadinya guncangan. Semua komponen tersebut akan saling bergantungan antara satu bagian dan bagian lainnya. Ketika terjadi ketidakseimbangan maka dengan sendirinya akan hilang dan digantikan dengan yang lain.

Masyarakat dilihat sebagai suatu sistem yang mana masing-masing sub sistem tersebut memiliki fungsinya masing-masing dan juga saling ketergantungan. Kemiskinan dipandang dari teori struktural fungsional karena terdapat ketidakfungsian di bidang ekonomi. Penyebab kemiskinan ini ialah sistem, yang mana terdapat pihak yang diuntungkan dan juga terdapat pihak yang dirugikan. Disfungsi tersebut terlihat dengan adanya ketimpangan ekonomi yang menyebabkan memburuknya kondisi kemiskinan, tetapi meningkatnya kekayaan kelas sosial atas.

Fenomena kemisikinan di Indonesia ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk yang mempunyai tingkat kesejahteraan sosial yang rendah di masyarakat. Misalnya, jadi banyak orang yang memilih menjadi pengemis untuk bertahan hidup. Karena faktor keterbatasan kemampuan dan juga tidak ditemukannya usaha untuk mencari pekerjaan maka salah satu kegiatan yang dapat dilakukan ialah dengan meminta belas kasih dari banyak orang. Namun, pengemis ini bukanlah hanya menjadi fenomena sosial, melainkan bagi sebagian orang, kegiatan ini sudah menjadi mata pencahariannya.

Pengemis

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline