Lihat ke Halaman Asli

Apakah Indosat dan Smartfren Sudah Merger?

Diperbarui: 14 Juni 2017   16:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Instagram @jangantulalit

Isu merger antara Indosat dan Smartfren yang sempat ramai tahun lalu, nampaknya akan kembali bergolak. Pasalnya dua perusahaan yang dahulu terkenal bersaing dalam memberikan layanan telekomunikasi, kini mereka berkolaborasi. Setiap pelanggan yang membeli HP Andromax dari Smartfren, akan mendapatkan kartu perdana dari Indosat M3 (IM3).

Kerjasama memang wajar dilalukan oleh dua badan usaha. Namun kerjasama untuk memasarkan produk pesaingnya, itu tidak lazim dalam dunia usaha. Apa lagi dalam menciptakan persaingan usaha yang sehat.

Mengenai kerjasama antara Indosat dengan Smartfren tersebut, Alexander Rusli Chief Executive Officer Indosat pun ikut angkat bicara. Menurut penjelasan pria yang kerap dipanggil pak Alex, Andromax merupakan HP 4G. Sehingga dimasukin SIM card apa pun juga nyala. Lebih lanjut pentolan Indosat itu menjelaskan bahwa kerjasama yang dilakukan dengan Andromax bukanlah kerjasama penjualan dengan pesaingnya.

"Yang saingan sama Indosat kan Smartfren. Bukan Andromax. Andromax sister company sama Smartfren. Kita melakukan kerjasama tidak exclusive. Terserah aja mau sama yang lain juga bisa aja,"terang Alex.

Beberapa waktu yang lalu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, pernah mengatakan bahwa konsolidasi diantara operator telekomunikasi mutlak dilakukan. Sebab saat ini pendapatan operator telekmunikasi dari tahun ke tahun terus mengalami tekanan. Perusahaan telekomunikasi yang mampu menorehkan kinerja yang kinclong hanya dibukukan oleh PT Telkom Tbk. perusahaan milik negara ini mampu menciptakan pendapatan yang lebih baik dari Indosat, XL maupun Smartfren (FREN).

Setali tiga uang. Beberapa analis saham yang pernah diajak berdiskusi mengenai industri telekomunikasi mengatakan bahwa merger antar perusahaan telekomunikasi mutlak dilakukan. Jika merger tidak dilakukan maka perusahaan telekomunikasi yang ada akan semakin cepat bergugurannya. Menurut analis yang kerap memantau kinerja emiten telekomunikasi, dominasi Telkom grup akan sulit dilampaui oleh emiten telekomunikasi lainnya. Sehingga untuk mengimbagi dominasi Telkom, emiten telekomunikasi lainnya harus segera melakukan merger.

PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 12,6 persen pada kuartal I 2017 dibandingkan kuartal I tahun lalu. Pada Januari-Maret 2016, pendapatan Telkom sebesar Rp 27,54 triliun. Pada Januari-Maret 2017, pendapatan perseroan mencapai Rp 31,02 triliun.

Sedangkan PT Indosat Ooredoo hanya mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar tujuh persen senilai Rp7,3 triliun pada triwulan pertama 2017 dibanding periode yang sama di 2016. Sementara itu PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) meraih pendapatan sebesar Rp 5,27 triliun sepanjang tiga bulan pertama 2017 atau turun 6% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 5,63 triliun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline