Lihat ke Halaman Asli

PSP Watch

Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

#TLKM - Lebih Takut Sanksi FIFA daripada ditangkap KPK

Diperbarui: 8 April 2023   00:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SPIN-OFF (Sumber: https://www.idx.co.id/)

Setelah tahun sebelumnya laba TLKM digerogoti oleh $TELE, kemudian tahun ini berlanjut lagi, karena laba tahun 2022, sukses digerogoti $GOTO sebesar Rp. 6,74 triliun, namun ternyata derita itu tiada akhir.Calon perusahaan lain yang akan kembali "menurunkan untung" para pemegang saham TLKM, berikutnya adalah SINGTEL, yang nota bene pemilik 35% saham TELKOMSEL. Kerugian itu timbul karena adanya traNsaksi aneh tapi nyata yaitu transaksi spin-off, dimana Telkom "kok-tega-teganya" menjual ANAK perusahaan super untung, yang berkontribusi positif bagi laba TELKOM yaitu "Indihome" meskipun dijual kepada anak usahanya sendiri yaitu TELKOMSEL.

IndIhome jelaslah bukan perusahaan kaleng-kaleng, karena laba tahunanya tinggi sekali. Tahun 2022 sukses mencetak laba sebesar Rp. 15,53 triliun padahal TELKOM cukup menginvestasikan uangnya (ekuitas) sebesar Rp. 3,63 triliun. Dengan demikian ROE Indihome = 427%.

Karena KEPEMILIKAN TLKM pada Telkomsel hanya sebesar 65%, maka menjual Indihome kepada Telkomsel, berarti TLKM secara tidak langsung menjual saham Indihome sebanyak = 100% - 65% = 35% kepada orang lain (SINGTEL) pemilik TELKOMSEL. Dan dijual dengan harga yang murah banget, cuman Rp. 2,72 triliun + efek dilusi kepada Singtel sehingga kepemilikan SINGTEL terdilusi menjadi 30,1%.

Loh kok dibilang rugi, kan untung... perusahaan dapat injeksi modal, dan kepemilikan TELKOM pada TELKOMSEL naik dari 65% menjadi 70%. Jawabnya, Itulah magic para penguasa, yang dahulu membeli saham TELE kemudian memborong saham GOTO, dan sekarang lagi sengsara mau kena sangsi PIPA.

Begini magicnya;
Bagian laba Telkom tahun 2022, yang menjadi jatahnya Singtel = 35% dari laba TEKOMSEL. Atau = 35% X 18,38 triliun = Rp. 6,43 triliun.

Seandainya spin-off terjadi pada tanggal 31 Des 2022, maka laba TELKOMSEL akan naik karena terkonsolidasi dengan laba indihome = laba telkomsel + laba indihome = 18,38 T + 15,28 T = Rp. 34,04 triliun. Akibatnya setelah spin-off, SINGTEL akan kebagian laba sebesar = 30,1% X 34,04 triliun = Rp. 10,25 triliun.

Dengan demikian dampak spin-off ini, jatah laba SINGTEL naik sebesar = 10,25 T -- 6,43 T = Rp. 3,81 T. Dan sebaliknya laba yang menjadi jatah para pemegang saham TELKOM (NKRI dan para pemilik saham publik) mesti turun sebesar Rp. 3,81 triliun.

Jadi walaupun kelihatan ada hebat-hebatnya, bahwa kepemilikan SINGTEL turun dari 35% menjadi 30,1% dan masih juga harus menyetorkan uang sebesar Rp. 2,72 triliun, tetapi bagi SINGTEL itu hanyalah hitung-hitungan matematika anak SD belaka, dimana ujung-ujungnya secara absolut bagian laba SINGTEL naik sebesar Rp. 3,81 triliun (jika spin off terjadi pada tahun 2022). Maka suntikan modal oleh SINGTEL sebesar Rp. 2,72 triliun, mampu dikembalikan dalam kurun waktu; kurang dari 1 tahun, dan tahun berikutnya tinggal untungnya, tinggal panennya, sepanjang masa umur Telkomsel. Luar BInasa.... Pantas saja kalau bapak nkri lebih takut kenak sangsi PIPA, daripada ditangkap kpk.

Ah.... Semakin lucu negeri ini.....

Sumber : Keterbukaan Informasi  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline