Lihat ke Halaman Asli

PSP Watch

Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

AXIO - Seni Mencetak Saham Baru Sebelum IPO

Diperbarui: 2 Juli 2022   00:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

iStockphoto.com 

Kalau kemarin-kemarin saya cerita tentang Restrukturisasi ekuitas menjelang IPO yang melahirkan saham baru, hasil dari aktifitas goodwill atau revaluasi, atau yang tercermin pada "laporan posisi keuangan", sekarang saya cerita tentang restrukturisasi pakai cara "laporan laba-rugi".

Tahun 2020 laba bersih AXIO hanya sebesar Rp. 11,7 miliar; menjelang IPO tahun 2021 naik menjadi Rp. 135,1 miliar. Tapi sayang q1-2022, labanya turun lagi menjadi Rp. 2,9 miliar, kalau disetahunkan = Rp. 8,7 miliar; bahkan lebih kecil daripada kinerja tahun 2020.

Tapi kinerja q1-2022; naik atau turun sudah tidak penting lagi. Yang penting; dari laba-laba yang meroket pada tahun 2021, telah sukses mengakibatkan saldo "laba ditahan" pada tahun 2020, yang tadinya "negative" = Rp. - 17,6 miliar, maka pada akhir tahun 2021 berubah menjadi "surplus" = Rp. 101,4 miliar.

Pada tanggal 31 Maret 2022 saldo "laba ditahan" dilaporkan telah merosot menjadi Rp. 58,7 miliar. Menurut CLK 47 point k; pada tanggal 4 maret 2022 atau cuman sekitar 4 bulan lalu, emiten bagi-bagi "dividend saham" sebesar Rp. 45 miliar. Itulah yang menyebabkan saldo "laba ditahan" q1-2022 mengalami penurunan.

Jadi singkatnya para PSP sukses mencetak saham baru sebanyak = Rp. 45 miliar / Rp. 25 per lembar = 18 juta lot, dari hasil kapitalisasi "laba -laba tahun 2021" menjadi "saham baru". Laba tersebut adalah laba yang meroket tiba-tiba. Dan tiba-tiba pulak, pada tahun q1-2022 labanya merosot drastis.

Sebagai informasi bahwa laba-laba tahun 2021 yang tiba-tiba meroket menjadi Rp. 135,1 miliar, cuman mampu menghasilkan (1) kenaikan piutang usaha sebesar Rp. 129,9 miliar; dan (2) kenaikan persedian sebesar Rp. 145 miliar, dan (3) tetapi hanya mampu menghasilkan kas CFO sebesar Rp. 32 miliar. Jumlah CFO tahun 2021 tersebut, bahkan jauh lebih kecil daripada CFO tahun 2020 sebesar Rp. 54 miliar. Padahal laba tahun 2021 vs 2020 = Rp. 135,1 miliar vs Rp. 11,7 miliar.

Artinya laba yang hanya Rp. 135,1 miliar, masih tertahan seluruhnya, ditangan orang lain (piutang usaha) sebesar Rp. 129,9 miliar dan tenggelam kedalam persediaan sebesar Rp. 145 miliar; yang jumlah keduanya lebih besar daripada labanya. Atau artinya laba tahun 2021 "lebih besar pasak daripada tiang"

Membagongkan, dengan kualitas laba yang demikian, pada bulan Maret 2022, kemudian melahirkan saham baru yang dibagi-bagi kepada PSP sebanyak 18 juta lot. Dan yang paling membagongkan adalah para pemborong saham IPO, yang berani membeli saham baru (IPO) sebanyak 10,4 juta lot pada harga antara Rp. 120 -- 140. Artinya dalam persaingan "perdagangan saham baru" kelak; antara PSP vs publik; maka pembeli saham IPO bakalan kalah mutlak, yaitu kalah dalam hal;

(1) Jumlah saham baru : PSP = 18 juta lot vs Publik = 10 juta lot;
(2) Modal (uang) untuk mendaptakan saham baru : PSP = "dari laba yang masih sangkut" vs Publik = "Rp. 120-140 per lembar".

Jadi cerita restrukturisasi mencetak "saham baru" memang selalu membagongkan, ada yang lewat jalur "goodwill" seperti $GOTO, ada yang lewat jalur "revaluasi asset" seperti $TRGU dan ada yang lewat "laba-meroket, tiba-tiba turun" itupun masih ditahan orang lain sebagai "piutang usaha" dan tenggelam bersama "persediaan", seperti $AXIO.

Demikian certa tentang kreatifitas, semoga anda juga semakin kreatif. Jangan lupa dipasang mang...............

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline