Lihat ke Halaman Asli

PSP Watch

Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

BSDE - Kenapa Labanya Kalah Bersaing

Diperbarui: 17 Mei 2022   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SUMBER: mitraland.com

Karena ada yang bertanya tentang $BSDE kenapa profit marginnya (NPM) paling kecil sendiri hanya sebesar 17,17%, jika dibandingkan dengan emiten property lain, seperti $DMAS NPM = 62,7% atau $JRPT = 36,17%?

Sebenarnya pertanyaan itu tidak perlu saya jawab lagi, kalau begitu kenapa tidak beli saham DMAS saja.... yang sudah jelas. Kalau saya jawab seperti itu mungkin anda akan unfollow saya bukan?

Seperti yang telah anda sebutkan dalam pertanyaan dan sekaligus juga menjawab, bahwa memang jawaban :kenapa net profit marginnya paling kecil" jawabnya "karena banyak utang berbunga (utang bank dan utang obligasi) dan bunganya memakan laba", tetapi menuduh bahwa pihak berelasi sengaja meminjamkan uang kemudian pihak berelasi menerima pendapatan bunga, mungkin terlalu dini untuk menyimpulkan demikian.

Jadi penyebab utama kenapa perusahaan banyak utang, sebab BSDE adalah perusahaan yang paling banyak membutuhkan asset dibandingkan dengan DMAS dan JRPT. Seperti diketahui bahwa; sumber pembiayaan asset adalah (1) ekuitas dan (2) utang. Sekarang kita lihat kondisi pada BSDE, JRPT dan DMAS.

BSDE agar supaya bisnisnya lancar, membutuhkan asset sebanyak Rp. 63,13 triliun. Pendanaan yang berasal dari ekuitas Rp. 31,77 triliun, dengan demikian untuk menutup kekurangan pendanaan, emiten harus berutang sebanyak = 63,13 triliun -- 31,77 triliun = 31,36 triliun.

DMAS agar supaya bisnisnya lancar, mebutuhkan asset sebanyak Rp. 6,6 triliun. Pendanaan yang berasal dari ekuitas Rp. 5,74 triliun, dengan demikian untuk menutup kekurangan pendanaan, emiten harus berutang sebanyak = 856,17 miliar. Itupun DMAS tidak harus berutang-utang amat, karena dapat utang gratis bunga dari pelanggan yang membayar uang muka (liabilitas kontrak dan uang muka), sebesar = 691,3 miliar. Praktis DMAS tidak perlu lagi utang berbunga, karena sudah dapat yang gratisan.

JRPT agar supaya bisnisnya lancar, membutuhkan asset sebanyak Rp. 12,02 triliun. Pendanaan yang berasal dari ekuitas Rp. 8,294 triliun, dengan demikian untuk menutup kekurangan pendanaan, emiten harus berutang sebanyak = 3,73 triliun. Untuk utang tersebut JRPT memperoleh utang gratis bunga yang berasal dari pelanggan yang membayar uang muka sebesar = 2,88 triliun. Praktis JRPT hanya perlu sedikit utang berbunga kurang dari 10 miliar.

Jadi itulah jawaban kenapa BSDE banyak utang dibandingkan dengan emiten property lain, sebab kontribusi pendanaan untuk pengadaan asset yang berasal dari shareholder hanya sebesar 50% dari kebutuhan asset, bandingkan dengan JRPT shareholder (ekuitas) yang mampu menyuplai sebesar 69% dan DMAS sebesar 87%.

Masalah utama kenapa BSDE banyak utang, sebab untuk bisnisnya BSDE rakus dengan utilisasi asset. Misalnya, entah kenapa emiten ini harus ber investasi saham sebesar Rp. 6,13 triliun, bandingkan DMAS yang nilai investasi pada entitas asosiasi sebesar Rp. 101 miliar saja, dan JRPT sebesar = Rp. 1,03 triliun. Apakah asset investasi saham BSDE sebesar Rp. 6,13 triliun adalah aset yang menguntungkan? Yang jelas keuntungan atas kenaikan nilai saham untuk periode 31 Maret 2022 cuman Rp. 11,27 miliar.

Silahkan anda lanjutkan analisa efektifitas penggunaan asset mencetak laba. Saya sambung kapan-kapan. Saya jadi teringat, bahwa terlalu gemuk namanya obesitas.

Demikian semoga dapat menjawab pertanyaan dan terimaksih atas kadonya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline