Lihat ke Halaman Asli

PSP Watch

Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

IHSG, Saham adalah Bisnis

Diperbarui: 16 April 2022   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://static2.seekingalpha.com/

Membeli saham itu ibarat membeli bisnis, dan "membeli bisnis" tidak sama dengan "jual-beli bisnis". Perbedaannya, "jual-beli bisnis" yang diharapkan adalah "capital gain", sedangkan membeli bisnis yang diharapkan adalah "hasil dari bisnis", hasil dari bisnis yang masuk ke dalam kantong pemilik bisnis disebut "dividend".

Tantangan terbesar untuk anda yang berprinsip membeli saham adalah membeli bisnis, adalah, mendapatkan fakta, bahwa jumlah dividend tidak stabil, jumlahnya mungkin turun, mungkin juga naik mengikuti kinerja bisnis. Bahkan tidak jarang perusahaan yang sedang untung, malahan tidak membayar dividen atau sebaliknya yang rugi malah tetap membayar dividen.

Mungkin pendirian anda membeli saham adalah membeli bisnis menjadi goyah, setelah menyadari bahwa return dari dividend tidak menarik lagi dan ada ketidakpastian. Lalu bagaimana membuat membeli saham sebagai bisnis menjadi tetap menarik?

Jawabnya gabungkan saja, bagaimana caranya kita mendapatkan "dividend" dan sekaligus mendapatkan "capital gain". Hal ini sah-sah saja dilakukan, tidak ada yang melarang, mumpung adanya fakta bahwa pada akhirnya para pembeli saham beraliran fundamental dan tehnikal, akan bertemu pada pilihan 1-2 saham yang sama. Aliran tehnikal inilah yang menciptakana harga saham yang dibeli oleh investor aliran fundamental menjadi naik dan turun, bahkan terkadang fluktuasi harga saham terlalu liar.

Sebagai fundamentalis maka strategi saya adalah memanfaatkan momen tersebut. Caranya dengan mengalokasikan saham sedemikian rupa, yaitu sebagian saham dialokasikan untuk tujuan investasi (mengharapkan dividend) dan sebagian lagi untuk trading atau jual-beli saham mencari capital gain. Misalnya, berdasarkan teori risk-reward saya membatasi hanya akan membeli saham $TLKM sebanyak-banyaknya 100 lot. Karena akan melakukan aktivitas trading, saya akan menambah pembelian jumlah lot, hingga maksimal memiliki saham TLKM sebanyak 200 lot. Dimana jumlah saham sebanyak 100 lot pertama untuk tujuan investasi, dan 100 lot berikutnya untuk tujuan trading.

Artinya jika hanya memiliki 100 lot maka tidak ada aktivitas trading, seluruh saham menjadi saham investasi yang tidak akan dijual kecuali kinerja perusahaan memburuk. Dan jika melebihi 100 lot, misalnya 150 lot, maka 50 lot akan dijadikan sebagai saham trading, yang memanfaatkan harga saham naik dan turun, untuk mencari cuan dari jual-beli (capital gain).

Saya akan melakukan swing trade alias "Tek-tok" dengan cara yang tidak ngoyo, awal market buka pasang posisi beli dan jual sesuai dengan harga yang diinginkan. Penutupan hanya tinggal tunggu hasilnya. Jika belum done transaksinya, akan diulangi terus setiap hari, sambil disesuaikan harganya dengan kondisi market pada saat itu. Itu sebabnya ini tidak cocok jika menggunakan menu GTC.

Capital gain harus dianggap sebagai pengurang "harga pembelian modal /rata-rata saham yang tersisa". Demikian juga dengan dividend, harus dianggap sebagai pengurang "harga pembelian modal /rata-rata saham yang tersisa". Mindset seperti ini penting ditanamkan, agar supaya dapat menghargai investasi anda. Investasi boleh disebut untung atau menghasilkan, hanya jika modalnya sudah kembali, tetapi investasinya masih dimiliki (tidak dijual).

Sayangnya aplikasi sekuritas, hanya mampu menghitung penurunan harga beli rata-rata yang diakibatkan membeli tambahan saham pada harga bawah (average down). Aplikasi tidak akan sanggup menghitung penurunan harga beli rata-rata karena adanya capital gain tektok dan dividend. Oleh karena itu harus dibuat perhitungan tersendiri, misalnya menggunakan spread sheet dari excel untuk menghitung harga beli modal rata-rata efektif, setelah melakukan jual-beli saham "tek-tok.

Lama-kelamaan, harga beli modal rata-rata akan turun dan menjadi = 0, Pada saat harga beli / modal rata-rata = 0, posisi anda disebut telah mencapai titik "break-even". Yang menarik lagi, jika masih dilanjutkan tek-tok, setelah harga beli / modal rata-rata = 0, maka harga beli modal rata-rata akan turun menjadi minus. Pada saat harga beli / modal rata-rata = minus, maka anda dalam posisi "untung terus".

Jika pada saat harga modal = 0, atau bahkan minus, dan anda mendapatkan penurunan kinerja emiten, misalnya rugi, yang disebabkan oleh pemicu yang wajar, misal karena pandemic covid, atau karena harga komoditas drop. Maka seharusnya anda tidak akan pusing dan panik, jika emiten tidak membagi dividen, karena harga beli modal rata-rata saham sudah menjadi 0.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline