Lihat ke Halaman Asli

PSP Watch

Kalo kagak mampu mendirikan perusahaan, terus kenapa saham orang lain lu jual-jualin?

IHSG - Kalau Bisa Dibikin Ribet Kenapa Harus Dibuat Gampang

Diperbarui: 14 April 2022   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://today.line.me/id/v2/article/PymQw8

Akuntan itu profesi yang mungkin dapat membuat hal yang optimis menjadi pesimis, dan sebaliknya yang pesimis malah berbalik menjadi optimis.

Misalnya, pada kasus YELO, secara legal sangat jelas dan clear, bahwa YELO adalah pihak yang mengakuisisi AHU, tetapi oleh para akuntan disepakati, katanya berdasarkan peraturan PSAK 22 yang dibuat oleh para akuntan-sendiri, malah menjadi sebaliknya bahwa AHU-lah yang mengakuisisi YELO.  Sebab menurut para akuntan, setelah akuisisi YELO, para PSP-AHU berubah menjadi PSP YELO.  Akuntan menyebutnya akuisisi-terbalik.  Dampak akusisi-terbalik adalah, semua menjadi bolak-balik, yang harusnya AHU adalah perusahaan yang dikendalikan oleh YELO, sekarang malah terbalik AHU yang menjadi pengendali YELO, yaitu setelah YELO dikendalikan oleh PSP yang sam dengan PSP AHU.

Masuk akal memang...., tetapi pengaruhnya, YELO sebagai perusahaan yang diakuisisi akan dinilai ulang menggunakan harga pasar.  Dan yang membagongkan, karena harga saham YELO tiba-tiba terbang kelangit, maka rata-rata harga YELO pada saat terbang kelangit yang dijadikan patokan valuasi harga YELO sebagai suatu perusahaan (company valuation).

Menurut para akuntan, seperti yang diungkap pada CLK 4, dengan asumsi harga pasar saham YELO sebelum akuisisi sebesar = Rp. 325,54 per lembar, maka company valuation YELO sebesar Rp. 124,5 miliar.  Karena nilai ekuitas (Book value) aktual hanya sebesar Rp. 23,8 miliar, maka atas kelebihan harga pasar diatas harga buku, selisihnya dianggap sebagai asset ghoib yang bernama "goodwill".  Goodwill adalah asset ghoib yang dianggap ada, dan melekat pada nilai perusahaan, tetapi nilainya belum diakui/ terefleksi pada nilai buku (book value).

Maka oleh para akuntan, diakuilah goodwill tersebut kedalam buku perusahaan, sebagai asset yang eksis, dan memiliki nilai ekonomis tertentu, dimana dalam kasus YELO nilainya sebesar = 124,5 miliar -- 23,8 miliar = Rp. 100,8 miliar.

Faktanya, bahwa YELO sebelum diakuisisi (terbalik) oleh AHU , adalah perusahaan yang rajin merugi, menyebabkan semenjak YELO didirikan sampai dengan tanggal 30 Sep 2021, emiten ini sukses mengumpulkan akumulasi rugi sebesar Rp. 54,9 miliar. 

Tetapi berkat akuntan, perusahaan yang rajin rugi tersebut kini menjadi perusahaan yang untung, kerugian telah berubah menjadi suatu goodwill.  Jika sebelum diakuisisi atau sampai dengan 30 September 2021, emiten ini masih rugi sebesar Rp. 19,6 miliar, setelah diakuisisi, posisi per 31 Des 2021 berubah menjadi untung sebesar Rp. 14,7 miliar.

Rahasia dibalik berubahnya buntung menjadi untung, karena masa lalu yelo, ibarat argo taksi, telah berhenti,  sebab di-amnesti, ketika YELO diakuisisi.  Sekarang YELO telah lahir kembali, dibuka buku lembaran baru, dimana kini, YELO hanyalah bagian dari AHU.

Dengan demikian AHU-lah yang mengkonsolidasi YELO.   Oleh karena itu laba Rp. 14,7 miliar sejatinya adalah laba-milik AHU, dan men-stop pengakuan rugi milik YELO.  Sehingga jika dahulu YELO menghasilkan akumulasi rugi ditahan per 30 Sep 2021 sebesar Rp. 54,9 miliar, sekarang malahan YELO berpotensi bagi dividend sebab defisit rugi pada bagian ekuitas, telah berubah, per 31 Des 2021 menjadi akumulasi untung sebesar Rp. 12,4 miliar. 

Apakah ini adalah hal yang wajar atau tidak, bukan urusan saya.  Sebab saya cuman hobby mempelajari tingkah laku PSP, yang gemar melakukan corporate action.  Maka kalau boleh saya  saya menganugerahi PSP-YELO sebagai "the best corporate action of the year".

Kalau dalam kasus YELO, akuntan menyebabkan pesimis berubah menjadi optimis, sebaliknya pada kasus $BUKA akuntan merubah yang optimis menjadi pesimis.  Sebab, aktualnya emiten ini mengalami perbaikan kinerja, karena terjadi penurunan kerugian sebelum pajak yang cukup signifikan, yaitu pada tahun 2020 rugi sebesar Rp. 1,83 triliun, pada tahun 2021, kinerja perusahaan membaik sehingga rugi sebelum pajak turun menjadi Rp. 1,5 triliun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline