ICBP menikmati penjualan indomi produksi luar negeri, setelah dikonsolidasi dengan penjualan Pinehill (CLK 19) sebesar Rp. 12,37 triliun, tetapi berapakah dari total laba bersih pinehil sebesar Rp. 2,01 triliiun, yang dapat dinikmati oleh ICBP?.
Sebelum dibahas lebih lanjut, mari kita ucapkan "selamat dan sukses" kepada para pihak yang sukses menjual pinehill kepada ICBP pada harga Rp. 43,89 triliun (CLK 10). Karena dengan tercapainya laba Rp. 2,01 triliun, pihak penjual akan menerima utuh harga akuisisi, tidak ada pemotongan harga jual-beli pinehill. Itu sebabnya kas ICBP melimpah ruah pada akhir tahun 2021 sebesar Rp. 20,38 triliun. Adapun Sumber kas melimpah adalah hasil menerbitkan obligasi, yang sebagian uangnya akan dibayarkan kepada penjual, sebagai pelunasan akuisisi pinehil, sekitar Rp. 9,27 triliun (CLK 1) pada bulan april mendatang.
Untuk mengakuisisi Pinehill menggunakan uang yang berasal dari "kas emiten" dan "obligasi". Karena saldo utang obligasi saat ini sebesar Rp. 38,95 triliun, berarti sisanya sebesar = 43,89 triliun -- 38,95 triliun = Rp. 4,94 triliun menggunakan uang kas milik emiten. Konsekuensinya, keuntungan pinehill sebesar Rp. 2,01 triliun, juga akan dibagikan kepada ICBP dan kepada para obligee (pembeli surat obligasi ICBP) dalam bentuk Bunga.
Jika sebelum akuisisi pinehil (tahun 2019) total beban bunga sebesar kurang dari Rp. 200 miliar, maka setelah akuisisi total beban bunga menjadi Rp. 1,97 triliun. Sehingga diperkirakan beban bunga untuk para obligee sekitar Rp. 1,8 triliun yang menjadi pendapatan para obligee. Dengan demikian total laba pinehill yang dapat dinikmati ICBP hanya sebesar sisanya = 2 triliun -- 1,8 triliun = Rp. 200 miliar.
Dengan berinvestasi sebesar Rp. 4,94 triliun, kemudian emiten mendapatkan bagian laba sekitar Rp. 200 miliar, maka ROI ICBP dari pinehil hanya sebesar = 200 miliar / 4,94 triliun = 4 %.
Karena bunga obligasi juga sekitar 4%, maka pembagian laba dari pinehil relative adil, masing-masing pihak yang mendanai akuisisi, mendapatkan keuntungan dengan ROI yang kurang lebih sama (4%).
Dengan pencapaian laba pinehill yang hanya Rp. 2,01 triliun, praktis tidak tersedia lagi, bagian laba yang dapat digunakan untuk membayar pokok utang obligasi pada saat jatuh tempo. Semuanya telah habis terbagi kepada emiten dan para obligor. Dan dapat disimpulkan jika laba pinehill kurang dari = 2,01 triliun - 200 miliar = Rp. 1,8 triliun, maka pinehill akan memberikan kontribusi rugi kepada ICBP.
Oleh karena itu silahkan berdoa, agar supaya laba pinehill kalau diakumulasi selama 20 tahun kedepan jumlahnya naik, paling tidak menjadi = 2 triliun X 20 tahun + 39 triliun = Rp. 79 triliun, atau rata-rata laba tahunan dalam 20 tahun kedepan sebesar = 79 triliun / 20 = Rp. 3,95 triliun. Agar supaya utang obligasi dapat dilunasi pada tahun ke-20. Tetapi, jika tidak tercapai maka masih bisa lah praktek gali-lubang-tutup-lubang. Apalah lagi jika seandainya para obligee adalah para pihak-pihak yang masih kanan-kiri ok atau atas boleh-bawah boleh.
Demikian semoga terhibur, dan janga lupa ditoton pilemnya.
Sumber laporan keuangan ICBP tahun 2021 : https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JSX/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Laporan%20Keuangan%20Tahun%202021/Audit/ICBP/ICBP_bilingual_31_dec_21_released.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H