Lihat ke Halaman Asli

Dokter Andri Psikiater

TERVERIFIKASI

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Anhedonia: Tantangan dan Dampaknya dalam Terapi Depresi

Diperbarui: 11 Oktober 2023   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat berfoto di poster depan acara (dok.pribadi)

Saat menuliskan artikel ini saya masih berada di Barcelona dalam rangka menghadiri kongres ECNP 2023. Berkaitan dengan dua tulisan sebelumnya, kali ini saya akan membahas tentang salah satu masalah dalam mencapai terapi depresi yang optimal yaitu Anhedonia. Hubungannya dengan depresi dan trauma yang mendasarinya serta bagaimana kondisi anhedonia bisa mempengaruhi terapi yang optimal dibahas dalam suatu sesi khusus yang berjudul "Why should we care about anhedonia in major depressive disorder (MDD)? Understanding motivation, pleasure and reward" di ECNP 2023 kali ini. 

Depresi merupakan gangguan kesehatan mental yang meresahkan di jaman modern ini. Kondisi ini melibatkan berbagai gejala yang secara signifikan menghambat kemampuan seseorang untuk menjalani kehidupan yang memuaskan.

Salah satu gejala utama yang mencolok adalah anhedonia, yang memengaruhi sekitar 70% orang dewasa yang didiagnosis menderita gangguan depresi berat (Major depressive disorder/MDD). 

Anhedonia muncul sebagai ketidakmampuan merasakan kesenangan, menyebabkan gangguan yang mendalam dalam motivasi individu dan kemampuan memproses hadiah [1].

Keberadaan anhedonia tidak hanya memperumit gambaran klinis MDD tetapi juga menimbulkan tantangan signifikan dalam manajemennya, yang mana seringkali menghasilkan respon pengobatan yang kurang optimal [2].

Anhedonia berkaitan erat dengan gangguan pada jalur sirkuit "reward" di otak. Gangguan ini menyebabkan motivasi, kesenangan, dan pemrosesan "reward" terganggu, menciptakan siklus kebasan emosional (emotional blunted) dan perasaan terputus dari pengalaman positif.

Akibatnya, individu dengan anhedonia merasa terjebak dalam keadaan di mana bahkan aktivitas yang mereka nikmati sebelumnya kehilangan daya tariknya, memperburuk perasaan putus asa dan keputusasaan yang terkait dengan depresi [1].

Keberadaan anhedonia dalam MDD secara signifikan mempersulit proses pengobatan. Pendekatan tradisional seringkali tidak efektif dalam mengatasi kekurangan motivasi dan kesenangan yang dirasakan oleh pasien.

Tantangan ini telah mendorong para peneliti dan klinisi untuk mengeksplorasi strategi inovatif untuk meredakan efek anhedonia. Dr Stavroula Bargiota, seorang ahli di bidang ini yang menjadi salah satu pembicara di salah satu sesi ECNP 2023 yang membahas tentang anhedonia dan depresi, menekankan signifikansi klinis anhedonia dalam depresi. Penelitiannya menyelidiki hubungan rumit antara anhedonia dan motivasi, kesenangan, dan kognisi, membuka jalan bagi intervensi yang ditargetkan [2].

Masa Rehat bisa digunakan untuk mengambil kopi atau membeli buku di pameran (dok.pribadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline