Lihat ke Halaman Asli

Dokter Andri Psikiater

TERVERIFIKASI

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Ayo Bicara tentang Depresi!

Diperbarui: 8 Oktober 2022   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Saat saya menuliskan artikel ini, saya masih berada di Seoul, Korea Selatan setelah mengikuti seminar dua hari Asian Central Nervous System (ACNS) Summit 2017 yang ke-5.

Acara yang diadakan tiap setahun sekali ini seperti biasa membicarakan tentang perkembangan terbaru di bidang psikiatri, khususnya mengenai gangguan depresi dan gangguan kecemasan. Kali ini topik depresi menjadi bermakna lebih karena tahun ini pun di hari Kesehatan Dunia tanggal 7 April 2017 nanti, tema yang diusung oleh World Health Organization (WHO) adalah Depression: Let's Talk atau bila diterjemahkan menjadi Depresi: Ayo Bicara. 

Pertemuan ACNS Summit 2017 kali ini diikuti oleh lebih dari 6 negara termasuk Indonesia dengan pembicara utama adalah Prof David Sheehan, psikiater dari Amerika Serikat, Prof Toba Oluboka dari Canada dan Prof Peter Zwanzger dari Jerman.

Pembicara utama ini juga ditambah dari pembicara regional dan dari Korea Selatan sendiri. Du hari pembicaraan difokuskan pada topik gangguan depresi dan gangguan cemas terkait dengan epidemiologi, diagnosis, terapi dan hal-hal baru terkait dengan perkembangan tekonologi informasi. 

Pada presentasi awal dikatakan bahwa saat ini dari data tahun 2014 ada sekitar 98,7 juta jiwa yang mengalami gangguan depresi. Depresi sendiri adalah diagnosis gangguan jiwa yang pernah dialami oleh 17% orang di dunia.

WHO di situs resminya mengatakan ada 300 juta jiwa yang pernah dan masih mengalami depresi. Angka kejadian depresi di Asia Tenggara sendiri berkisar 4% dan di Asia Selatan sekitar 8,1%. Angka ini sebenarnya dalam kisaran angka prevalensi depresi di Asia yang berkisar 1,1%-19,9% (Chiu, et al, 2004). 

Gejala depresi sering kali tidak dikenali. Beberapa orang yang kita temui sehari-hari juga sering kali tidak bisa membedakan antara depresi dan gangguan jiwa lainnya.

Gangguan depresi adalah gangguan jiwa yang mempunyai gejala utama penurunan mood (suasana perasaan) dan tidak adanya motivasi/merasa putus asa. Kebanyakan pasien depresi di praktek sehari-hari mengatakan gejala yang dialami adalah kelelahan, insomnia, kecemasan dan tidak adanya motivasi.  

Masalah depresi sering tidak tertangani baik dikarenakan karena terhalang terapinya oleh hal-hal seperti stigma, tidak terdeteksi di praktek sehari-hari, pembiayaan depresi yang tinggi dan terapi yang tidak seragam serta berdasarkan rujukan ilmiah yang jelas.

Masalah menjadi lebih besar karena gangguan depresi bukan hanya berbicara tentang gejala yang disebutkan di atas tetapi adalah masalah bahwa depresi mempengaruhi kualitas hidup orang secara pribadi dan sosial. 

Orang dengan depresi bisa saja mengalami kesembuhan dari gejalanya tetapi selama fungsinya belum kembali seperti sedia kala maka bisa dikatakan kondisi dia belum sembuh benar. Ada 97% pasien depresi sendiri mengatakan adanya gangguan fungsi dalam kehidupannya dan 42% di antaranya dalam kondisi yang berat. Sehingga dikatakan oleh Prof Sheehan bahwa terapi depresi bukan saja untuk menghilangkan gejala depresi tetapi juga memperbaiki fungsi pribadi dan sosial pasien. Ini juga ditunjang dari data klinik bahwa kebanyakan pasien depresi mengalami lebih dulu perbaikan pada gejalanya daripada fungsi pribadinya sehari-hari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline