Lihat ke Halaman Asli

Dokter Andri Psikiater

TERVERIFIKASI

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Obati Gangguan Cemas Kok Pakai Antidepresan?

Diperbarui: 15 Agustus 2016   12:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - antidepresan. (Shutterstock)

Pada saat praktik, saya sering mendapatkan pertanyaan pasien ketika menjelaskan tentang obat yang saya berikan untuk mengatasi masalah gangguan cemas mereka. Salah satu yang paling sering ditanyakan, "Mengapa saya diberikan obat antidepresan, padahal saya tidak depresi?" Ada juga yang bertanya, "Kan saya cemas mengapa diberikan obat antidepresan bukan anticemas saja?"

Pengobatan gangguan cemas tentunya merujuk pada standar pengobatan yang terbaru saat ini. Antidepresan golongan Serotonin seperti Sertraline, Escitalopram, Fluoxetine, Venlafaxine, Duloxetine adalah obat antidepresan yang disarankan sebagai terapi lini pertama pada pengobatan gangguan cemas. Dalam bidang kedokteran yang berbasis bukti (Evidence Based Medicine/EBM) antidepresan untuk mengatasi gangguan cemas direkomendasikan dan terbukti efektif mengatasi gangguan kecemasan. Istilahnya adalah Level Evidence-nya level A1 (terbukti secara ilmiah dan direkemondasikan sebagai obat yang pertama diberikan pada praktik sehari-hari). 

Sedangkan anticemas seperti golongan Clonazepam, Lorazepam ataupun alprazolam dimasukkan ke dalam kategori A2 dalam artian terbukti secara ilmiah mengatasi masalah kecemasan namun direkemondasikan sebagai level dua di dalam praktik, artinya jika ada antidepresan, diberikan sebagai alternatif kedua.

Pada kenyataan di praktik, psikiater sering mengombinasikan kedua jenis obat ini untuk mengatasi gangguan cemas. Misalnya pasien dengan gangguan cemas menyeluruh atau istilahnya Generalized Anxiety Disorder/GAD biasanya mendapatkan antidepresan dan anticemas. Begitu juga kasus Gangguan Panik. 

Hanya saja saat ini penggunaan obat anticemas terutama golongan benzodiazepine telah dibatasi karena memiliki potensi ketergantungan dan toleransi serta kadang menimbulkan reaksi putus obat yang berlebihan jika tidak digunakan lagi. Biasanya anticemas diberikan dalam tempo yang singkat dan diberikan dengan dosis yang makin menurun. 

Beberapa kondisi yang perlu dihindari saat menggunakan obat anticemas golongan benzodiazepine adalah pada peminum alkohol yang aktif dan pernah mengalami masalah penyalahgunaan berbagai obat golongan ini sebelumnya. Walaupun ada beberapa pasien yang memerlukan obat anticemas benzodiazepine dalam jangka waktu lama, sebaiknya hindari pemakaian berlebihan apalagi jika tanpa pendampingan dokter jiwa. 

Semoga informasi singkat ini membantu. Salam Sehat Jiwa (Facebook : Dokter Andri Psikiater)

Catatan penulis: Selanjutnya untuk beberapa hari ke depan artikel yang akan ditayangkan di blog Kompasiana saya ini adalah artikel singkat mengenai peran psikiater dan pengobatan psikiatri di praktik sehari-hari. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline