Saya sudah 10 tahun menekuni masalah psikosomatik dan tahun ini merupakan tahun ke-8 Klinik Psikosomatik Omni Hospital berdiri. Sepanjang pengalaman saya menjadi psikiater di Omni Hospital saya melihat bahwa ada penurunan jumlah pasien yang berkunjung ke Klinik Psikosomatik di saat bulan puasa. Adapun sebab pastinya tidak pernah saya ketahui karena tidak ada penelitian yang pernah saya lakukan berkaitan dengan hal ini. Namun dari pengamatan dan pengalaman klinis mungkin ada beberapa hal yang berkaitan dengan penurunan jumlah pasien selama bulan Puasa.
1. Meminta obat sebelum puasa untuk dua bulan ke depan
Ini tentu adalah alasan yang berkaitan dengan masalah teknis. Biasanya pasien yang datang berobat sebelum bulan puasa akan meminta obat yang diresepkan untuk dua bulan ke depan. Harapannya adalah agar bisa konsentrasi menjalankan puasa tanpa harus disibukkan jadwal kontrol ke saya yang biasanya berlangsung antara dua minggu sekali atau sebulan sekali. Pada beberapa pasien yang sudah menjalani fase rumatan (pemeliharaan) maka kondisi ini dimungkinkan karena dosis obat sudah tetap dan biasanya pasien sudah bisa melatih pikirannya sendiri tanpa perlu proses konsultasi yang lebih rutin.
2. Obat yang diminum sudah berkurang frekuensinya
Beberapa kasus terkait psikosomatik biasanya diharapkan menggunakan obat dalam jangka waktu tertentu. Saat masa pengobatan sudah berlangsung sesuai rujukan maka ada beberapa pasien yang mulai dicoba untuk mengurangi dosis obatnya dan juga frekuensi makan obatnya. Saya selalu mempunyai harapan yang baik bahwa bulan puasa adalah awal yang baik untuk memulai perubahan termasuk dosis obat yang diminum pasien. Untuk itu biasanya awal bulan puasa Ramadan biasanya saya minta beberapa pasien yang saya lihat sudah mengalami perbaikan untuk mengurangi frekuensi minum obatnya menjadi lebih kurang dengan cara diseling sehari tanpa makan obat. Kondisi ini membuat obat yang biasanya habis sebulan dapat baru habis setelah dua bulan. Ini membuat pasien tidak perlu berkunjung saat bulan puasa dan tentunya mengurangi jumlah pasien kontrol ke klinik psikosomatik.
3. Gangguan lambung yang dialami pasien membaik karena puasa
Masalah gangguan lambung yang sering menjadi masalah terkait di gangguan psikosomatik biasanya malah membaik di saat pasiennya menjalani puasa. Banyak sudah tulisan yang berkaitan dengan hal ini. Tulisan masalah lambung dan puasa biasanya dapat ditemukan di tulisan oleh dr.Ari Fahrial, SpPD,KGEH yang juga merupakan seorang Kompasianer. Puasa sendiri mungkin memberikan efek istirahat yang baik untuk lambung yang selama ini kurang mendapatkan perhatian untuk istirahat.
4. Pengendalian diri yang lebih baik
Tidak dipungkiri lagi puasa adalah cara untuk melatih diri dan mengendalikan diri agar menjadi pribadi yang lebih baik. Terapi perilaku saat bulan puasa adalah salah satu yang terbaik yang bisa dilakukan oleh seseorang. Semua yang berkaitan dengan terapi perilaku ada di bulan puasa. Ada latihan, ada reward atau imbalan dan ada tata cara yang jelas. Dokter jiwa memahami bahwa masalah terkait psikosomatik sering kali berkaitan dengan masalah pola pikir dan perilaku yang salah. Pola pikir yang negatif, egosentris, penuh marah dan benci serta tidak ikhlas sering dikaitkan dengan masalah psikosomatik. Harapannya bulan puasa adalah langkah awal untuk menuju perbaikan di bulan-bulan berikutnya.
5. Fokus untuk urusan spiritual meningkat
Jika selama ini urusan spiritual mungkin dikesampingkan, maka bulan puasa diharapkan untuk bisa memberikan suatu kesempatan bagi pasien untuk lebih fokus lagi ke masalah spiritual yang baiknya pada bulan puasa banyak diberikan kemudahan akses dan sarana. Peningkatan spiritual ini akan meningkatkan kesabaran dan keikhlasan yang sangat berhubungan dengan perbaikan gejala psikosomatik.