Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater Klinik Psikosomatik RS OMNI Alam Sutera)
Sudah banyak sekali saya menuliskan tentang masalah penggunaan alprazolam yang tidak pada tempatnya dalam praktek sehari-hari. Alprazolam yang dikenal dengan berbagai merk seperti Xanax, Zypraz, Alganax, Frixitas, Calmlet, Alprazolam generik adalah obat penenang atau anti cemas golongan benzodiazepine yang sangat dikenal luas di kalangan para dokter. Efeknya yang cepat dan poten sering menjadi pilihan dokter untuk menangani kasus-kasus berkaitan dengan masalah kecemasan. Sering kali pula dokter meresepkannya untuk gangguan tidur dan beberapa diberikan pada pasien-pasien dengan keluhan psikosomatik. Sayangnya jika dipakai tanpa pengawasan dokter yang ketat dan terlalu lama, potensi akan toleransi atau semakin naiknya dosis dan kesulitan lepas dari obat ini sangatlah besar.
Beberapa pasien yang tidak sadar akan masalah yang bisa timbul karena obat ini malah memakainya dengan sesukanya dan dibeli secara bebas lewat online atau apotek yang nakal menjual tanpa resep. Beberapa dokter yang kurang pemahamannya akan obat ini menggunakannya untuk banyak kasus yang sebenarnya tidak perlu obat alprazolam ini. Sayangnya sering kali nasi sudah menjadi bubur. Saya sudah sangat sering berhadapan dengan kasus ketergantungan alprazolam yang dimulai dari suatu proses yang salah di masa lalu. Ketidaktahuan pasien akan potensi ketergantungan obat ini dan kurangnya pengetahuan dokter berkaitan dengan obat ini adalah kombinasi yang kurang baik jika berkaitan dengan alprazolam.
Ketergantungan versus Penyalahgunaan
Alprazolam adalah obat anticemas yang sangat efektif dan poten. Itulah mengapa obat ini menjadi favorit di kalangan para dokter dan juga pasien untuk menggunakannya. Beberapa kasus gangguan cemas panik sangat baik jika diobati dengan obat ini saat serangan paniknya masih datang secara dominan. Alprazolam mungkin dianggap satu-satunya obat yang bisa mengatasi serangan panik secara cepat dan efektif. Kegunaan obat ini yang besar menyebabkannya masih menjadi andalan banyak dokter terutama psikiater dalam menangani masalah kecemasan.
Sayangnya memang masalah ketergantungan mengintai. Ketergantungan bisa saja dianggap sebagai sesuatu yang biasa terjadi pada banyak kasus medis seperti contohnya pasien yang harus terus menerus makan obat darah tinggi, obat anti diabetes dan obat-obatan jantung dan pembuluh darah. Sayangnya jika berbicara ketergantungan obat penenang orang biasanya menjadi dipenuhi kekhawatiran dan ketakutan. Walaupun demikian banyak kasus kecemasan di dalam prakteknya memang membutuhkan obat penenang secara lama dan terus menerus. Beberapa pasien tidak bisa nyaman dengan obat antidepresan yang dianggap juga mempunyai efek anticemas, kebanyakan lebih nyaman dengan obat anticemas seperti salah satunya alprazolam. Tanpa obat anticemas ini pasien tidak bisa beraktifitas normal. Inilah salah satu contoh ketergantungan dalam praktek sehari-hari.
Definisi lain adalah penyalahgunaan. Penyalahgunaan lebih diartikan menggunakan obat tanpa sesuai dosis dan indikasi yang biasa digunakan dalam proses pengobatan. Penyalahgunaan obat anticemas seperti alprazolam sering kali ditemukan pada pasien yang pernah terlibat atau bersinggungan dengan narkotika seperti heroin dan golongan stimulan seperti metamfetamine dan amfetamine. Dosis penyalahgunaan biasanya tidak seperti pada dosis terapi tetapi biasanya lebih besar. Bayangkan dosis terapi alprazolam yang 0,5mg untuk serangan panik bisa digunakan oleh orang yang menyalahgunakan obat ini sampai 20x lipatnya atau sampai 10mg. Orang yang menyalahgunakan memang mencari efek lain dari obat tersebut dan bukan efek terapinya.
Pengawasan Penggunaan Obat
Psikiater dianggap sebagai dokter yang memahami lebih dalam tentang penggunaan alprazolam. Kebanyakan psikiater akan sangat hati-hati ketika menggunakan obat ini. Dosis kecil dan sering kali diberikan jika perlu lebih sering disarankan untuk pasien daripada dosis besar dan diminum rutin. Beberapa psikiater malah mungkin lebih banyak menghindari penggunaan alprazolam ini jika tidak terlalu perlu.
Pasien juga perlu menyadari bahwa obat anticemas bukanlah satu-satunya cara untuk sembuh dari gangguan cemas. Tulisan saya terdahulu di blog ini juga menegaskan adanya kemungkinan sembuh dari gangguan kecemasan tanpa perlu ke psikiater. Hal ini bertujuan agar pasien menyadari bahwa obat untuk masalah gangguan cemas bukan satu-satunya jalan keluar apalagi obat yang hanya efektif sesaat seperti alprazolam ini.
Salah satu yang perlu diingat pasien dan dokter adalah bahwa sebelum memberikan alprazolam dan kebanyakan benzodiazepine lainnya, perlu ditanyakan adanya riwayat penggunaan narkotika dan alkohol pada pasien. Jika ada maka ada baiknya menghindari penggunaan alprazolam karena potensi untuk ketergantungan dan penyalahgunaan akan lebih besar daripada yang tidak.