[caption id="attachment_180701" align="aligncenter" width="560" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] oleh : dr.Andri,SpKJ Usianya sudah 81 tahun lebih tetapi secara umum kondisi fisiknya masih baik. Badannya masih tampak bugar untuk ukuran seusianya. Walaupun bila berjalan harus dituntun agar lebih seimbang secara umum fisiknya menunjukkan bahwa kakek ini masih cukup segar di usianya yang memasuki kepala delapan. Pemeriksaan fisik pun menyatakan demikian, jantung dan parunya masih dalam batas normal. Walaupun sudah lebih dari 20 tahun ini menggunakan antihipertensi, namun hal tersebut tidak mempengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darahnya saat ini. Sayangnya tidak demikian dengan kondisi mental emosionalnya. Selain mengalami penurunan suasana perasaan dan kurangnya gairah hidup, pasien juga mengalami gangguan daya ingat yang nyata terlihat. Penurunan daya ingat sebenarnya sudah berlangsung lama, sekitar 5 tahun belakangan ini namun semakin diperparah sejak pasien ditinggalkan oleh istrinya tercinta. Kondisi depresi memperparah gangguan kognitif yang dideritanya. Sudah sejak dua tahun belakangan ini pasien menjadi salah satu pasien lansia yang saya rawat. Pengobatan dengan obat antidepresan Sertraline dan antidemensia Donepezil diberikan kepada pasien karena kondisi sakitnya saat ini. Anak pasien yang tinggal dengan pasien mengatakan pasien dibawa ke psikiater awalnya karena kondisi depresi yang nyata pasca kehilangan istri yang meninggal, namun belakangan gangguan kognitifnya pun semakin menjadi-jadi dan dirasakan perlu penanganan segera. Saat ini kondisi gejala depresi sudah jauh membaik dan penurunan kognitif yang nyata sudah tidak tampak lagi. Depresi Pada Lansia Kecenderungan mengalami depresi meningkat sejalan bertambahnya usia. Kaum lansia merupakan salah satu kelompok orang yang rentan mengalami depresi sepanjang hidupnya. Sekitar 1-5% populasi lansia mengalami gangguan depresi. Angka ini bertambah besar sampai 13.5% pada lansia yang mengalami gangguan medis dan harus mendapatkan perawatan di rawat inap. Kondisi depresi pada pasien lansia banyak dihubungkan dengan kebugaran fisiknya. Orang lansia yang mengalami kondisi medis umum terkait dengan penyakit degeneratif (hipertensi,kencing manis,rematik) lebih rentan mengalami depresi dibandingkan yang tidak. Selain itu sindrom "sarang burung kosong" atau Empty Nest Syndrome (Seringkali ditulis dengan pendekatan bahasa dan bunyi kata menjadi Emptiness Syndrome atau sindrom kesepian) akibat kehilangan anak atau keluarga yang biasanya mendampingi. Ini biasanya terjadi pada lansia yang ditinggalkan anaknya menikah atau pisah dari rumahnya selama ini. Gangguan depresi pada lansia bisa terjadi dengan berbagai gejala, paling banyak dilaporkan adalah adanya gejala-gejala fisik . Insomnia atau sulit tidur, nyeri otot dan sendi, gangguan cemas dan kurang nafsu makan adalah gejala-gejala depresi yang sering timbul pada lansia. Gejala-gejala fisik ini akan menjadi sulit dibedakan dengan gejala fisik pada kondisi medis umum karena sering kali mirip dan merupakan bagian yang saling mempengaruhi. Untuk itulah dokter yang merawat pasien lansia harus memahami betul konsep biopsikososial dan psikosomatik medis ketika menangani pasien lansia karena gejala-gejala gangguan kejiwaan tersering pada lansia seperti depresi bisa bermanifestasi dalam bentuk keluhan fisik. Pikun Itu Penyakit Gangguan kognitif seperti menurunnya daya ingat pada lansia sering dianggap hal yang biasa. Padahal penurunan kognitif termasuk daya ingat ini adalah suatu gangguan jiwa yang paling sering dialami tetapi tidak dideteksi dan ditangani secara baik pada pasien-pasien lansia. Walaupun dianggap biasa, sebenarnya tidak semua lansia akan mengalami penurunan kognitif apalagi yang sampai dikategorikan mengalami demensia atau penyakit pikun. Kebanyakan masih berkisar di awal kemunduran yang disebut Mild Cognitive Impairment (MCI) atau gangguan kognitif ringan. Penyakit pikun atau demensia sendiri jika terjadi penurunan yang sangat parah dari fungsi kognitif, bukan hanya fungsi mengingat tetapi fungsi daya pikir yang lain seperti kesuliltan dalam memutuskan sesuatu, melakukan sesuatu dalam urutan, atau adanya gangguan emosional dan perilaku terkait penyakit demensia. Kebanyakan pasien lansia yang mempunyai penyakit pikun datang ke psikiater karena mengalami gejala-gejala gangguan perilaku dan emosional. Mereka bisa mengalami halusinasi dan gangguan daya pikir, curiga kepada sekitar atau takut kalau ada orang-orang yang ingin berbuat jahat kepada dirinya. Sering kali mereka mengatakan ada orang-orang atau teman-temannya yang sudah meninggal dan datang mengunjungi pasien. Pada pemeriksaan status mental di klinik biasanya mereka sering kali mengulang-ngulang cerita atau bahkan diam sama sekali. Pasien yang mengalami kepikunan yang parah hidupnya sudah sangat tergantung dengan orang lain dan cenderung menjadi "bayi dewasa". Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia Sesuai dengan tema hari kesehatan jiwa sedunia 7 April untuk Indonesia tema yang diambil adalah "Menuju Tua Sehat, Mandiri dan Produktif" maka banyak hal-hal yang bisa kita persiapkan dari sekarang. Ada beberapa di antara kita yang 20-40 tahun ke depan akan masuk ke dalam kategori lansia dan persiapan ke arah sana sudah perlu disiapkan dari sekarang. Selain menjaga kesehatan fisik dan mental, kesiapan ekonomi dan produktifitas juga saat ini mungkin sudah perlu dipikirkan. Kita berharap kita bukan menjadi orang-orang lansia pensiun yang jadi tergantung dengan anak-anak kita nanti walaupun secara budaya hal itu biasa terjadi di Indonesia. Semoga kita semua dapat mempersiapkan diri dari sekarang. Salam Sehat Jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H