Lihat ke Halaman Asli

Dokter Andri Psikiater

TERVERIFIKASI

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Memahami Lebih Jauh Pengobatan Gangguan Jiwa

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kompasiana / Shutterstock

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi Kompasiana / Shutterstock"][/caption] oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM ( Psikiater RS OMNI Alam Sutera) Hari ini RS OMNI Alam Sutera berulang tahun yang ke-7, itu berarti beberapa hari ke depan tepat 6 tahun saya bekerja di RS OMNI Alam Sutera sebagai psikiater. Banyak hal-hal yang menarik yang telah terjadi selama perjalanan karier yang masih pendek ini. Paling menarik tentunya adalah hubungan pasien dokter yang terbina dalam praktek sehari-hari. Dulu mungkin orang tua saya bertanya-tanya mengapa memilih menjadi psikiater. Dokter Jiwa dianggapan masyarakat memang bukanlah dokter yang terlalu keren seperti dokter-dokter lain. Banyak bahkan saudara waktu itu yang bertanya sambil memasang muka ngeri, apa gak salah pilihan jadi dokter jiwa ? Ya memang stigma masih ada sampai saat ini. Sering masyarakat bahkan tidak bisa membedakan yang mana masalah gangguan jiwa yang perlu penanganan segera. Kondisi ini semakin lebih diperparah dengan anggapan bahwa pengobatan gangguan jiwa membuat ketergantungan. Bicara tentang pengobatan masalah kesehatan jiwa memang bukanlah hal yang mungkin mudah dipahami oleh banyak orang. Betapa banyakanya dokter dan paramedis sendiri yang masih belum paham betul tentang pengobatan gangguan jiwa. Sering saya temukan dalam kehidupan sehari-hari, dokter sendiri melarang pasien menemui psikiater karena alasan ketergantungan. Bayangkan dokter saja yang paham ilmu kedokteran begitu, apalagi masyarakat yang awam tentang pengobatan. Beberapa hal yang sering ditanyakan dan berkaitan dengan pengobatan gangguan kejiwaan akan saya bahas di bawah ini dalam bentu poin-poin. Beberapa poin berkaitan dengan apa yang dipercayai masyarakat tentang obat psikiatri. 1. Benarkah obat psikiatri bikin bodoh? Banyak pasien saya khawatir kalau makan obat nantinya akan cepat pikun dan bodoh. Mungkin pasien merasa khawatir dengan beberapa cerita tentang pasien psikiatri yang bengong-bengong jika diberikan obat. Sebenarnya obat psikiatri diberikan untuk memperbaiki gejala pasien. Memang sering pada masa lalu ada beberapa jenis obat yang menimbulkan efek kantuk yang luar biasa sehingga pasien sering menjadi tampak tertidur dan jika bangun pun tampak seperti orang bingung. Obat-obat jenis terbaru saat ini banyak yang tidak menimbulkan efek kantuk yang sangat. Jikalau menimbulkan efek kantuk pun biasanya akan terbiasa dalam beberapa hari. Beberapa pasien malah tetap bisa bekerja walaupun memakan obat. Contoh pasien skizofrenia, depresi dan cemas masih bisa melakukan aktfitas sehari-hari dengan baik. Dosis obat tentunya akan disesuaikan. 2. Obat Psikiatri Menimbulkan Efek Samping Tidak bisa dipungkiri ada beberapa obat yang memang menimbulkan efek tidak nyaman pada awal penggunaan. Beberapa di antara lainnya memang menimbulkan efek seperti menjadi lebih banyak makan, sakit kepala, masalah lambung dan banyak efek samping fisik lainnya. Sesungguhnya efek obat bisa terjadi pada semua obat dan bukan obat psikiatri saja. Hanya karena stigma dan rasa takut yang besar (apalagi jika pasiennya pasien gangguan cemas) maka pasien merasa obat psikiatri menimbulkan banyak masalah efek samping. Padahal beberapa efek samping yang muncul sebenarnya bisa hilang sendiri dengan berjalannya waktu. Beberapa memang perlu mengganti obat dengan efek samping yang lebih ringan. 3. Diberikan dengan dipaksa atau dibohongi Pada beberapa kasus gangguan jiwa, obat yang diberikan kepada pasien memang sering kali dipaksakan dengan cara dibujuk atau kadang dilakukan fiksasi terlebih dahulu baru disuntikan. Prosedur tentang pemberian obat dengan cara demikian sudah menjadi prosedur biasa dalam ilmu psikiatri. Saya ingat sekali pernah ada suami yang membawa pasien yang merupakan istrinya dan dibantu keluarga istrinya hanya agar istrinya ini mau disuntik. Keluarga sudah tidak tahan menghadapi kelakuan dan pikiran-pikiran aneh dari pasien. Pada kasus dengan gangguan penilaian realita seperti ini kadang prosedur masuknya obat kepada pasien perlu dibantu dengan cara-cara yang mungkin agak dipaksakan dan sering dibohongi lewat makanan atau minuman yang dimakan pasien. Tentunya hal ini dilakukan untuk kepentingan pasien dan tetap menerapkan prinsip-prinsip keselamatan pasien (patient safety). 4. Obat Psikiatri Bikin Ketergantungan dan Tidak Bisa dilepas sekali sudah makan Banyak pasien saya yang bertanya seperti ini. Terutama pasien-pasien yang telah makan obat beberapa lama. Mereka bahkan sejak awal sudah bertanya apakah obat psikiatri akan membuatnya ketergantungan. Saya sering mengatakan bahwa definisi ketergantungannya mungkin berbeda. Jika pasien makan obat karena kebutuhannya maka sebenarnya itu bukan ketergantungan tapi kebutuhan. Ketergantungan itu misalnya orang yang tidak butuh obat, tetapi makan obat dan akhirnya hidupnya tergantung dengan obat tersebut dan tidak bisa lepas. Contohnya pada penggunaan zat-zat adiktif termasuk rokok. Masalah dilepas atau tidak setelah beberapa sata penggunaan, banyak pasien psikiatri dapat lepas sepenuhnya dari obat. Obat bukan satu-satunya modalitas terapi tapi penggunaan obat memang sangat membantu di awal masa pengobatan. Beberapa kasus memang membutuhkan obat seumur hidup dan ini memang telah dibuktikan bermanfaat dalam berbagai penelitian. Demikian sedikit apa yang bisa saya informasikan kepada pembaca tentang kegunaan dan serba-serbi pengobatan gangguan jiwa. Semoga bermanfaat. Salam Sehat Jiwa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline