Lihat ke Halaman Asli

Dokter Andri Psikiater

TERVERIFIKASI

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Muay Thai adalah Terapi

Diperbarui: 4 April 2017   16:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14150054431807743901

[caption id="attachment_371677" align="aligncenter" width="480" caption="Saat latihan Muay Thai bersama Yunian Arega (foto milik Bernard Tan)"][/caption]

Oleh : dr.Andri,SpKJ,FAPM (Psikiater)

Saya memutuskan untuk berlatih Muay Thai sejak bergulirnya Piala Dunia 2014. Saat itu saya sedang mencari olahraga yang bisa meningkatkan stamina saya. Maklum saja saat itu saya sering kali mengalami masalah kelelahan dan rasa ngantuk ketika tidak beristirahat tidur siang. Padahal saya sendiri harus praktek di sore hari. Saya sebenarnya termasuk orang yang aktif berolahraga dulunya. Sejak SD saya menyukai olahraga Volley dan renang yang berlanjut sampai kuliah. Sayangnya setelah kuliah dan mengambil spesialis saya tidak banyak melakukan olahraga rutin. Pernah mencoba lari tapi sayangnya tidak bisa konsisten. Permasalahan mungkin jadi terletak di peningkatan berat badan. Walaupun sepertinya tidak tampak gemuk, berat badan saya mencapai 74.5kg dengan tinggi 163. Artinya Index Massa Tubuh saya lebih 27% yang menandakan saya overweight. Belum ditambah lingkar perut 91 cm, lebih dari 90cm dari batas sehat untuk lingkaran perut laki-laki dewasa.

Setelah membaca tentang salah satu pemain piala dunia Belanda yang meningkatkan staminanya dengan cara Muay Thai. Saya kemudian mencari informasi tentang olahraga ini. Usia yang sudah 35 tahun lebih membuat saya berpikir apakah olahraga ini cocok untuk saya. Baca-baca di website beberapa camp Muay Thai baik di Thailand ataupun di Eropa, membuat saya memutuskan bahwa saya bisa melakukan olahraga ini. Awal Juli 2014 adalah latihan pertama saya. Saya pilih Vida Muay Thai studio di daerah Alam Sutera yang berdekatan dengan RS OMNI Alam Sutera tempat praktek saya selama ini. Jadwal latihan yang pas dan sesuai dengan waktu kosong saya serta letaknya yang dekat tempat praktek jadi pertimbangan saya. Fasilitasnya pun baik karena mendapatkan handuk untuk sesi latihan dan mandi. Saya berpikir setelah latihan saya bisa langsung mandi dan praktek.

Awalnya Berat

Tidak dapat dipungkiri bahwa olahraga Muay Thai adalah olahraga yang berat. Saat pertama kali latihan saya langsung diminta untuk melakukan skipping selama 10 menit. Hasilnya saya sampai merasa ingin pingsan dan mual sekali. Untunglah dengan motivasi para pelatih yang ada di sana saya menjadi lebih bersemangat kembali dan meneruskan latihan. Awal minggu-minggu awal latihan pun jadwal saya masih belum teratur. Kadang hanya seminggu sekali paling banyak dua kali. Rasa pegal-pegal pasca latihan membuat saya tidak mampu melakukan latihan yang teratur. Apalagi kemudian ditambah dengan kelahiran anak ke-3 saya di bulan Agustus, saya sempat tidak latihan selama 20 hari. Awal kembali latihan kemudian harus menyesuaikan diri kembali sehingga mencapai tingkat stamina yang baik kembali.

Setelah rutin selama 2 bulan berlatih minimal sekali dalam seminggu, pada bulan September saya sudah mulai bisa rutin latihan 2 kali seminggu dan sejak Oktober saya mulai latihan 3 kali seminggu. Peningkatan latihan ini sebenarnya karena kebutuhan saya sendiri. Saya rasanya menginginkan latihan yang lebih sering karena membuat badan saya terasa nyaman jika melakukan latihan rutin.

Pelatih yang baik sangat membantu latihan saya. Pelatih-pelatihnya masih muda tapi memahami teknik yang baik karena mereka juga adalah petarung. Pelatih kepala Kru Rang Sandee di Vida Muay Thai adalah pelatih bersertifikat dari camp Kaewsamrit di Thailand. Pelatih lokal Yunian Arega adalah petinju dan juga atlet Muay Thai profesional. Ada juga Siska Antolis yang atlet Muay Thai dan tersertifikasi dalam personal training serta Guntur yang juga mendapatkan pelatihan khusus di pelatihan Muay Thai. Semua pelatih di Vida Muay Thai tempat saya berlatih pernah merasakan latihan di cam Kaewsamrit di Thailand. Saya juga melihat bahwa ternyata tidak semua petarung bisa menjadi pelatih, seperti juga dokter tidak semuanya bisa menjadi dosen. Beruntungnya para pelatih di tempat latihan saya ini sangat baik dalam melatih apalagi jika kondisinya melatih orang tua seperti saya ini.

Efek Samping Latihan Muay Thai

Selain latihan Muay Thai yang baik saya juga menjadi lebih bersemangat menjalani pengaturan pola makan. Sejak berlatih Muay Thai saya berusaha mengurangi gula pasir dan menggantinya dengan gula aren. Kalau soal asupan nasi memang sejak dulu saya sudah mengurangi konsumsi nasi menjadi setengahnya namun saya tidak pernah bisa tidak makan malam. Rata-rata saya makan malam sekitar jam 9 malam setelah praktek. Kondisi yang membuat saya tidak bisa makan lebih awal apalagi sejak berpraktek sebagai psikiater. Itulah mungkin yang membuat saya turun berat badan dulu walaupun sudah mengurangi konsumsi nasi.

Selain itu untuk menjaga kebugaran, setelah berkonsultasi dengan salah satu teman saya yang dikenal sebagai ahli fitness Denny Santoso, saya menambahkan latihan circuit training di sela istirahat latihan Muay Thai selama sekitar 15 s.d. 18 menit saja setiap kalinya. Saya memang tidak menginginkan over training juga dalam hal ini.

Hasilnya sekarang berat badan saya 70.5 Kg dengan Lingkar Perut 85 cm. Indeks massa tubuh saya memang masih 26% dan itu belum ideal tapi saya senang karena lingkar perut sudah jauh berkurang banyak. Target selanjutnya adalah menjaga berat badan ideal di 68-69kg. Semoga apa yang saya harapkan tercapai. Itulah sedikit cerita saya tentang latihan Muay Thai. Buat saya Muay Thai adalah terapi, bukan hanya untuk badan saya tetapi juga jiwa saya. Psikiater juga butuh terapi lho hehehe. Salam Sehat Jiwa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline