Lihat ke Halaman Asli

Psikologi Pedia

Mahasiswa/i

Makna Pembelajaran di Tengah Keterbatasan pada Lembaga Sosial

Diperbarui: 13 Desember 2022   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh Mutiara Widyati_2221220030

Saat ini telah banyak lembaga sosial yang menciptakan tempat rehabilitasi, khususnya bagi siapapun yang sempat melakukan tindak kriminal untuk menjadikan rehabilitasi sebagai tempat yang bermanfaat dengan berbagai teori alternatif. Dengan berbagai latar belakang yang ada pada warga penghuni rehabilitas khususnya jeruji besi, disinilah mereka mulai diperkenalkan dengan kegiatan yang membangun di kemudian hari. 

Dengan adanya kelas penyetaraan seperti pelatihan inilah, warga belajar akan semakin terbantu. Tak sedikit mereka yang sempat terjerat kasus hukum masih berusia remaja menjelang dewasa dan membuat mereka harus berhenti dari bangku sekolah untuk menyelesaikan proses hukum. Walaupun begitu, tetap menjadi hak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang layak sehingga karakter akan makin terarah.

Berbagai permasalahan yang terkadang dirasakan para tenaga pengajar khususnya lendidikan kesetaraan masih merasakan hal yang sama, yakni minimnya perhatian dari pemerintah setempat untuk memberikan hak setara dengan pendidkan formal. Tak hanya pengajar, dinamika yang terjadi diantara warga didik lembaga rehabilitasi terkadang menjadi persoalan juga karena banyak dari mereka yang perasaannya masih terkekang akan kebabasan mereka sebelum di bui dan harus mendekam di penjara dengan keterbatasan komunikasi dengan keluarga dan orang terdekat mereka.

 Dari yang bisa saya simpulkan diatas bahwa kita sebagai warga sosial yang masih diberikan kebebasan, sepatutnya bersyukur akan kesempatan kita hidup dengan sebaikbaiknya kondisi dan masih bisa merasakan kesyukuran sebagai modal paling utama untuk menikmati hidup. Pendidikan yang didapat didalam penjara tentunya akan memberikan pengaruh pada kehidupannya, walaupun dengan putus sekolah mereka masih mau untuk merubah diri untuk menjadi lebih baik kedepannya sehingga pola pikir mereka yang baru akan terbentuk secara alami.

Referensi :

Mutaqin, M. F. T., & Fajari, L. E. W. . (2022). The Importance of Subjective WellBeing and Character Strength for Equality Education at the Prison. International

Journal of Asian Education, 3(2), 154--159.

https://doi.org/10.46966/ijae.v3i2.289

Mutaqim, M.F.T., Haila,H., Sudadio. (2022). Rasa Syukur Dalam Keterbatasan:

Sebuah Makna Warga Belajar Pendidikan Nonformal di Lembaga  Pemasyarakatan. Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah. 7(2) 173--181
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/E-Plus/article/view/17629




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline