Ipsos meluncurkan Global Education Monitor. Studi ini meneliti pandangan masyarakat tentang pendidikan dan pengajar, termasuk penggunaan Artificial Intelligence (AI) di sekolah. Survei yang melibatkan 500 responden di Indonesia ini memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat memandang sistem pendidikan di Indonesia.
Dari 29 negara yang disurvei, sebagian besar menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap sistem pendidikan di negara masing-masing. Mayoritas negara di Asia Tenggara memiliki tingkat kepuasan yang tinggi terhadap sistem pendidikan di negaranya yang sudah cukup bagus, seperti Singapura (74%), dan diikuti oleh Indonesia (53%).
Menariknya, tingkat kepuasan pada sistem pendidikan di negara berkembang seperti Indonesia ini terbilang tinggi jika dibandingkan dengan negara maju seperti Australia, yang hanya mencapai 57%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di Asia Tenggara umumnya memiliki keyakinan terhadap kualitas pendidikan di negara mereka.
Selanjutnya, lebih dari setengah (56%) masyarakat Indonesia yakin bahwa kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan saat mereka (para responden) masih berada di bangku sekolah. Sedangkan hanya 25% responden yang berbeda pendapat, dan menyatakan jika kualitas pendidikan di Indonesia saat ini lebih buruk. Persepsi positif ini didorong oleh generasi yang lebih muda yaitu Milenial dan Gen Z. Karena faktanya, Baby Boomer dan Gen X percaya bahwa sistem pendidikan saat ini lebih buruk dibandingkan dengan masa mereka sekolah dulu.
Bahkan sebanyak 67% masyarakat Indonesia turut menyetujui bahwa sistem pendidikan dapat berkontribusi besar dalam mengurangi kesenjangan sosial.
Tantangan yang Dihadapi di Sekolah
Terdapat tiga tantangan utama yang dihadapi oleh seluruh 29 negara yang disurvei, yaitu, kurikulum yang ketinggalan zaman, ketidakmerataan akses terhadap pendidikan, dan kelas yang terlalu padat.
Di Indonesia sendiri, meskipun 72% masyarakatnya percaya bahwa sebagian besar institusi pendidikan di negara mereka memiliki sumber daya dan fasilitas yang memadai, seperti buku bacaan, teknologi, laboratorium, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, masih terdapat ironi yang mengkhawatirkan, yaitu Indonesia menduduki peringkat tertinggi (62%) di antara 29 negara yang disurvei dalam hal ketidakmerataannya akses pendidikan.
Selain itu, adapun beberapa tantangan utama lain yang dihadapi pada sistem pendidikan di Indonesia. Berikut di antaranya:
Penggunaan teknologi yang tidak memadai (40%): Di era digital ini, teknologi seharusnya menjadi alat bantu yang esensial dalam proses belajar mengajar. Namun, survei menunjukkan bahwa masih banyak sekolah di Indonesia yang belum dapat memanfaatkan teknologi secara maksimal. Hal ini tentu saja menjadi salah satu penghambat dari proses belajar mengajar dan membuat siswa tertinggal dari perkembangan zaman.
Infrastruktur yang tidak memadai (37%): Fasilitas belajar yang nyaman dan memadai merupakan faktor penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Namun, faktanya masih banyak sekolah di Indonesia yang infrastrukturnya tidak atau belum memadai, seperti ruang kelas yang sempit, sanitasi yang buruk, dan laboratorium yang tidak lengkap.