Lihat ke Halaman Asli

Pryanka Adriani Riyanti

Mahasiswa Psikologi

Mengungkap Perkembangan Kepribadian Sepanjang Rentang Kehidupan: Teori Psikososial Erik Erikson

Diperbarui: 2 Juli 2024   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh Veryvell mind

Memahami perkembangan kepribadian manusia sepanjang rentang kehidupan adalah salah satu topik yang paling fascinatif dalam bidang psikologi. Salah satu teori yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah Teori Psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson, seorang psikolog kepribadian terkemuka abad ke-20. Menurut Erikson, motivasi utama manusia pada hakekatnya bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia lain. Menurutnya juga, perubahan dalam perkembangan berlangsung sepanjang masa hidup. Erikson menekankan pentingnya pengalaman di masa awal maupun di masa selanjutnya.

Menurut teori Erikson, kedelapan tahap perkembangan akan terungkap seiring pengalaman masa hidup kita. Di setiap tahap, individu dihadapkan pada sebuah krisis yang merupakan suatu tugas perkembangan unik yang harus diselesaikan. Menurut Erikson, krisis ini bukanlah sebuah bencana namun merupakan sebuah titik balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan potensi seseorang. Semakin individu berhasil menyelesaikan krisis yang dihadapinya, semakin sehat perkembangan individu tersebut. Erikson mengajukan pandangan bahwa perkembangan kepribadian manusia berlangsung dalam 8 tahap, masing-masing dengan tugas perkembangan dan krisis psikososial yang khas. Tahap-tahap tersebut adalah:

  • Kepercayaan vs ketidakpercayaan (trust vs mistrust) adalah tahap pertama dari perkembangan psikososial menurut Erikson, yang dialami dari lahir sampai 12-18 bulan. Keutamaan dari tahap ini adalah harapan. Dimasa bayi, kepercayaan akan menentukan landasan bagi ekspetasi seumur hidup bahwa dunia menjadi tempat tinggal yang baik dan menyenangkan. Bayi mengembangkan perasaan apakah dunia ini baik dan tempat yang aman.
  • Otonomi vs rasa malu-malu dan keragu-raguan (autonomy vs shame and doubt) adalah tahap kedua dari perkembangan menurut Erikson, yang berlangsung pada 12-18 bulan- 3 tahun. Keutamaan dari tahap ini adalah kemauan. Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuhnya, bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah keputusan mereka sendiri. Mereka mulai menyatakan rasa kemandirian atau otonominya. Jika bayi terlalu banyak dibatasi dan dihukum terlalu keras, mererka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.
  • Prakarsa vs rasa bersalah (initiative vs guilt) adalah tahap ketiga dari perkembangan menurut Erikson dan berlangsung selama masa prasekolah 3-6 tahun. Keutamaan dari tahap ini adalah tujuan. Anak-anak disini mulai memasuki dunia yang lebih luas, mereka dihadapakan pada tantangan-tantangan baru yang menuntut mereka untuk mengembangkan perilaku yang aktif dan bertujuan. Anak-anak mulai mengembangkan inisiatif saat mencoba aktivitas baru dan tidak dipenuhi oleh rasa bersalah. Anak-anak diharapkan mampu bertanggung jawab terhadap tubuh, perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Namun, perasaan bersalah dapat muncul apabila anak dianggap tidak bertanggung jawab dan mereka akan menjadi merasa sangat cemas.
  • Semangat vs rasa rendah diri (industry vs inferiority), yang merupakan tahap keempat dari perkembangan menurut Erikson dan berlangsung di masa sekolah dasar sekitar umur 6 tahun- pubertas (10-12 tahun dan 18-21 tahun). Keutamaan dari tahap ini adalah keterampilan. Prakarasa anak-anak membawa mereka terlibat dalam kontak dengan pengalaman-pengalaman baru yang banyak. Ketika mereka beralih ke masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, mereka mengarahkan energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Masa akhir periode pengembangan imajinasi pada masa kanak-kanak awal adalah saat yang paling penuh semangat dan antusiasme untuk belajar. Bahaya yang dihadapi di masa sekolah dasar adalah anak dapat mengembangkan rasa rendah diri, merasa tidak kompeten dan tidak produktif.
  • Identitas vs kebingungan identitas (identity vs identity confusion) adalah tahap kelima dari perkembangan menurut Erikson dan berlangsung di masa remaja, pubertas – dewasa muda (20-30 tahun). Keutamaan dari tahap ini adalah kesetiaan. Di tahap ini remaja dihadapkan pada peran-peran baru dan status orang dewasa, pekerjaan, dan romantisme contohnya jika mereka melakukan peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan sampai pada suatu jalur yang positif untuk diikuti dalam kehidupan, maka identitas yang positif akan dicapai; jika tidak, maka mereka akan mengalami kebingungan identitas. Remaja juga harus menentukan perasaan akan diri (“siapa saya?”) atau mengalami kebingungan identitas mengenai peran.
  • Keakraban vs keterkucilan (intimacy vs isolation) adalah tahap keenam dari perkembangan menurut Erikson, yang dialami individu di masa dewasa awal. Keutamaan dari tahap ini adalah cinta. Di masa ini, individu mencari komitmen dengan yang lain; menghadapi tugas perkembangan yang berkaitan dengan pembentukan relasi akrab dengan orang lain. Jika seorang dewasa awal membentuk sebuah persahabatan yang sehat dan sebuah relasi yang akrab dengan orang lain, keakraban akan dicapai; jika tidak, ia akan merasa terkucilkan, menderita dari isolasi dan penyerapan diri.
  • Generativitas vs stagnasi (generativity vs stagnation), merupakan tahap ketujuh dari perkembangan menurut Erikson, berlangsung di masa dewasa menengah. Keutamaan dari tahap ini adalah peduli. Persoalan utama yang dihadapi individu di masa dewasa ini adalah perhatian pada membentuk dan membimbing generasi selanjutnya untuk mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna. Perasaan bahwa belum melakukan sesuatu untuk menolong generasi berikutnya disebut stagnasi.
  • Integritas vs keputusasaan (integrity vs despair) adalah tahap terakhir dari perkembangan menurut Erikson yang berlangsung di masa dewasa akhir (60-70 tahun hingga kematian). Keutamaan dari tahap ini adalah bijaksana. Selama berada di tahap ini, dewasa akhir berusaha merefleksikan kehidupannya di masa lalu. Banyak hal sudah dilewati, manusia lanjut usia dapat mengembangkan pandangan yang positif mengenai sebagian besar atau semua tahap perkembangan sebelumnya. Rangkuman seseorang mengenai hidupnya akan memperlihatkan gambaran bahwa kehidupannya telah dilalui dengan baik, dan orang tersebut merasa puas sehingga integritas tercapai. Jika individu menyelesaikan banyak tahap perkembangan sebelumnya secara negatif, individu tersebut akan menghasilkan rasa bersalah atau kemuraman yang disebut Erikson sebagai keputusasaan. Disini juga individu mencapai penerimaan terhadap hidup mereka sendiri, mengizinkan penerimaan terhadap kematian, atau yang lain merasa putus asa atas ketidakmampuan untuk menghidupkan kembali kehidupan.

Dalam setiap tahap, individu dihadapkan pada krisis psikososial yang harus dilewati. Keberhasilan melewati krisis tersebut akan menghasilkan suatu kualitas psikososial yang positif, sementara kegagalan akan menghasilkan kualitas yang negatif. Teori Erikson menekankan bahwa perkembangan kepribadian tidak hanya dipengaruhi faktor internal, tetapi juga faktor sosial dan budaya. Misalnya, harapan dan tuntutan masyarakat terhadap remaja akan mempengaruhi pembentukan identitas diri mereka. Selain itu, Erikson juga menekankan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung sepanjang rentang kehidupan, bukan hanya pada masa kanak-kanak. Tahapan perkembangan yang dilaluinya akan membentuk integritas ego sebagai titik kulminasi dari perkembangan kepribadian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline