Lihat ke Halaman Asli

Anis

Pembelajar

Insight dalam Buku "Jika Kita Tak Pernah Menjadi Apa-apa" Karya Alvi Syahrin

Diperbarui: 20 Februari 2022   15:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.booksreview.id

Semakin dewasa, pinta kita lebih sederhana ya dari masa sebelumnya? Terutama buat yang baru saja menginjak usia 20-an. Bagi yang sekarang ada di fase bingung, sedih, dan merasa bersalah karena di usia 20-an  masih jadi beban keluarga, hal terbesar yang diinginkan adalah rasa tenang. Karena rasa takut akan ketidakpastian masa depan benar-benar bikin tertekan. Apalagi ketika menyaksikan teman atau orang-orang yang seumuran dengan kita dan  memiliki banyak pencapaian. Sedangkan kita sendiri masih berkutat dalam kebingungan sebab masih mencari jati diri dan masih mempertanyakan potensi yang kita miliki. Bagi yang sedang terjebak dengan kegalauan tersebut dan merasa belum memiliki pencapaian apa-apa, buku "jika kita tak pernah jadi apa-apa" cocok buat dijadikan sahabat. Buku tersebut ditulis oleh Alvi Syahrin dan terbit pada tahun 2019. 

Buku "jika kita tak pernah jadi apa-apa" merupakan kategori nonfiksi motivasi. Setiap sub bab dalam buku tersebut sangat relate dengan kehidupan dan berbagai tekanan yang tengah dihadapi oleh kita yang masih menjadi beban keluarga. Selain itu, pembahasan dalam buku ini juga mampu memberikan insight baru kepada kita tentang makna sebuah pencapaian. Sehingga, sudut pandang kita terhadap makna pencapaian akan lebih terbuka dan tidak akan sesempit sebelumnya. 

Bila selama ini kita sering memaknai pencapaian cenderung berhubungan dengan hal-hal besar di luar kontrol, maka dalam buku ini justeru pencapaian memiliki makna sebaliknya. Sehingga, kesan pertama saat membaca buku ini yaitu bi idznillah Alvi Syahrin selaku penulis buku ini berhasil menjadi sahabat yang bisa menenangkan para pembacanya. Karena sebagai pembaca, saya merasa Alvi Syahrin tidak sedang menasehati ataupun menggurui akan tetapi tengah berbagi. Dalam buku ini ia menceritakan tentang prosesnya bisa survive dengan segala kegagalan yang pernah dihadapi mulai dengan satu langkah sederhana yaitu memperbaiki mindset atau sudut pandangnya terhadap diri sendiri dan keadaan yang ia alami. 

Setelah membaca buku ini kita akan sadar bahwa pencapaian tidak selalu tenang hal-hal besar yang susah untuk didapatkan dan  di luar kontrol kita. Kenapa saya bilang di luar kontrol ? Karena tidak sedikit yang sudah memaksimalkan usaha agar bisa mendapatkan atau menguasai sesuatu, namun hasilnya tidak jarang bertentangan dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, hal tersebut benar-benar di luar kontrol bukan?. Dalam buku ini, Alvi Syahrin mengajak kita untuk memperbaiki sudut pandang yang benar tentang pencapaian. 

Pada dasarnya, perkara pencapaian yang selama ini sering menyebabkan kita merasa tertekan, sebenarnya setiap orang memilikinya. Termasuk kita. Hal yang dipandang sederhana sekalipun juga merupakan pencapaian kan? Berbakti kepada orangtua misalnya. Karena berbakti sama orangtua belum tentu semua orang bisa dan tentu memerlukan usaha yang tidak kalah ekstra seperti berusaha mendapat IP maupun IPK tinggi atau hal-hal lain yang selama ini yang sering menyita perhatian kita.

 Sesederhana berbakti kepada orangtua tidak bisa dianggap sebagai pencapain yang remeh. Karena memerlukan kesadaran yang tinggi untuk bisa melakukannya. Di samping itu,sesederhana berbakti pada keduanya lebih mampu membahagiakan orangtua dibanding kita memiliki jabatan yang tinggi dan punya segalanya akan tetapi kita sering membentak mereka, enggan meluangkan waktu untuk menemani keduanya, dan masih terlalu banyak pertimbangan untuk memenuhi permintaan mereka. 

Buku "jika kita tak pernah menjadi apa-apa" merupakan buku yang bisa dijadikan salah satu pilihan bagi yang tengah mencari sumber bacaan yang dapat menjadi sahabat untuk memberikan insight baru tentang pencapaian agar tidak lagi mudah terjabak dengan rasa tertekan.  

Semoga bermanfaat :)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline