Lihat ke Halaman Asli

Proyek DesaKajeksan

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Dari Debog Pisang ke Peluang Usaha : Pelatihan Pengolahan Pangan di Desa Kajeksan

Diperbarui: 18 Desember 2024   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelatihan pengolahan pangan (Dok.Pribadi)

Sidoarjo – Debog pisang atau batang pisang merupakan bagian batang yang tersisa setelah buah pisang dipanen, seringkali bagoan ini dianggap limbah. Padahal di dalamnya mengandung vitamin B6, zat besi, serta kalium yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh termasuk membantu menurunkan berat badan & mengontrol tekanan darah. 

Oleh karena itulah diperlukan inovasi untuk mengolah ‘limbah’ debog pisang yang kaya akan manfaat menjadi makanan yang digemari segala kalangan. Pada tanggal 17 Desember 2024, Desa Kajeksan mengadakan pelatihan untuk ibu-ibu setempat yakni pengolahan produk pangan yang berbahan dasar debog pisang, pisang, dan tempe. Namun bahan dasar yang paling utama dari pelatihan ini adalah debog pisang. Ketiga bahan ini nantinya akan diolah menjadi keripik yang sangat lezat dan bergizi.

“Ibu-ibu, Debog pisan kan biasanya dibuang nggih, biasanya jadi limbah, nah hari ini kita akan olah debog pisang menjadi makanan favorit semua kalangan, dijadikan kripik. Saya sudah berhasil menjual keripik debog pisang ini ke warga sekitar dan salah satu hotel di Sidoarjo. InsyaAllah ibu-ibu semua bisa mengikuti jejak saya” ucap Ibu Suarti, Narasumber acara.

Selama kegiatan ini berlangsung, ibu-ibu yang hadir diberi panduan mulai dari resep hingga tata cara pembuatan. Di hari yang sama mereka juga langsung mempraktekkan pengolahan debog ini, mulai dari memotong debog, mencampur bumbu, dan menggoreng.

"Ternyata bentuknya kayak snack yang ada di supermarket ya, rasanya juga enak, ini sih anak-anak dan emak-emak kayak saya juga suka" Ujar salah satu ibu yang hadir. 

Proses memasak keripik Debog (Dok.Pribadi)

Setelah selesai dengan kegiatan memasak, kami, mahasiswa proyek desa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) maju untuk memberikan penjelasan mengenai desain packaging yang sudah dibuat, sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi kami menjelaskan bahwa pemilihan warna, bahan dasar, serta penggunaan zip lock pada packaging sangatlah penting. Sehingga nantinya kami berharap bahwa kemasan yang digunakan untuk menjual keripik ini sudah sesuai dengan yang kami jelaskan. 

Mahasiswa UMSIDA menjelaskan packaging (Dok.Pribadi)

Saat penutupan acara, Bapak lurah Desa Kajeksan menyampaikan bahwa beliau berharap setelah kegiatan pelatihan ini selesai. Peserta tidak hanya terampil dalam membuat keripik tetapi juga menciptakan peluang usaha baru bagi masyarakat desa yang sekaligus menjadikan hasil bumi utama milik desa kajeksan sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. 

Pelatihan ini merupakan salah satu bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat melalui inovasi produk berbasis sumber daya lokal. Dengan diadakannya pelatihan seperti ini, diharapkan masyarakt lebih mandiri dan kreatif dalam memanfaatkan potensi yang ada di sekitar mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline