Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Menemukan Gaya Belajar

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oleh. Asep Koswara*

“There is no stone or impediment in the wit, but may be wrought out by fit studies”

_Francis Bacon_

Francis Bacon dalam essay-nya yang berjudul “of study” mengatakan bahwa tidak ada hambatan dalam kecerdasan seseorang, yang ada hanyalah cara belajar yang kurang tepat dan bahkan mungkin salah. Ini mengindikasikan bahwa memahami cara belajar sangat-lah penting, bahkan bacon juga mengatakan bahwa “menghabiskan banyak waktu dalam belajar adalah sebuah kemalasan”. Ya, mungkin sangatlah berbeda dengan persepsi yang kita yakini selama ini; kita menganggap bahwa menghabiskan waktu dalam belajar bahkan sampai lupa tidur adalah suatu hal yang benar. Tahukah anda bahwa ternyata itu adalah hal yang salah?

Dijaman yang serba digital ini mungkin menggunakan prinsif banyak waktu untuk belajar, sudah tidak relevan lagi. Jika kita menginginkan kualitas belajar yang dilakukan, maka yang dibutuhkan adalah energy, bukannya waktu. Menurut (Tony Scwartz, 2005) Energilah faktor utama tingginya kualitas, dan bukan waktu. Kita tahu juga bahwa ukuran yang terpenting dalam hidup ini, bukanlah tentang seberapa waktu yang kita habiskan, namun seberapa banyak amal (didalamnya merupakan investasi energi) yang telah kita lakukan. Begitupun dalam belajar unsur terpentingnya adalah bukan seberapa banyak waktu yang kita habiskan dalam belajar, namun seberapa banyak informasi/ilmu yang kita dapat dari hasil belajar tersebut.

Titik permaslahannya adalah ada pada menemukan gaya belajar yang cocok. Untuk mendapatkan-nya bisa dilakukan dengan cara observasi baik itu mencoba trik sendiri atau juga bisa dengan menguji gaya belajar orang lain. Setiap orang mungkin akan mempunyai cara yang berbeda dalam belajar, namun permasalahannya hanya sedikit orang yang bisa menemukan itu dan secara konsisten menerapkannya.

Menurut beberapa analisis yang saya lakukan dengan interview kepada beberapa orang, memang sangat sulit ditemui orang yang mengenali cara belajarnya dengan baik dan juga mau mengamalkannya secara konsisten. Cara belajar mereka kadang berubah-rubah tergantung apa yang mereka pelajari dan kondisi yang dialaminya. Namun ini bukanlah sebuah masalah yang penting adalah adanya kemauan untuk terus mencoba, ketika mencoba suatu metode dan kemudian gagal, maka cobalah dengan metode yang lain.

Sebetulnya banyak sekali metode yang sudah ditemukan oleh beberapa ahli pembelajaran, adaquantum-learning, mind scaping, mind-mapping, dll. Semua itu memang merupakan hasil dari penelitian terlebih dahulu, namun semuanya pasti memiliki kekurangan dan kelebihan, mungkin di seseorang cocok, namun di yang lainnya tidak.

Kalau yang saya pahami, metode belajar mind-mapping lebih mudah untuk di praktikan, -juga mempunyai efek yang significant. Konsep mind mapping sendiri muncul pada tahun 1926, yang diperkenalkan oleh seorang ahli motivasi bernama Tonny Buzan. Metode ini lebih menitik-beratkan kepada bagaimana cara kerja otak. Menurut Buzan cara belajar yang baik adalah belajar dengan memperhatikan cara kerja otak. Salah satu contoh, kita akan lebih memahami sesuatu yang terstruktur dan sistematis-kenapa seperti itu? Karena otak kita (terutama otak kiri) itu lebih bersipat logis dan sistematis. Maka dalam belajar-pun ini bisa dipraktikan; dalam setiap materi yang ingin kita pahami, coba untuk di buat se-sistematis mungkin. Caranya dengan mengajukan pertanyaan secara deduktif yang kemudian akan ditemukan akar-akar dari yang umum tersebut.

Konsep sistematis ini juga bisa digunakan untuk menghapal sesuatu yang bersipat bisa diurutkan. Misalkan ketika kita ingin menghapal beberapa kosakata bahasa inggris, maka cama yang efektif adalah dengan men-sistematiskannya-yaitu mengurutkannya secara alfhabet dengan melihat hurup pertama dari setiap kata yang akan dihapal.

Sistematis hanya salah satu cirri dari konsep mind-mapping. Juga selain itu bisa dilakukan pemetaan yang lain yang berhubungan. Misalnya ketika ketika kita membaca sebuah buku, buatlah sebuah resume diagram pemetaan yang sesuai dengan judul yang ada dalam buku tersebut. Pemetaan tersebut akan memudahkan kita dalam mengingat keseluruhan maksud yang ada dalam buku tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline