Lihat ke Halaman Asli

Terima Kasih Gerhana Matahari (Catatan dari Makassar)

Diperbarui: 9 Maret 2016   12:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Keramaian salat gerhana matahari di Anjungan Pantai Losari (dok : drg. Ruslin)"][/caption]Sebenarnya saya bukan orang yang terlalu interest menyaksikan fenomena ini. Ini bukanlah sesuatu yang spesial bagi saya. Namun sebagai orang yang tinggal di daerah yang dipilih untuk pelaksanaan salat kusuf dan nonton bareng, mau  tidak mau keramaian memaksa rasa penasaran saya untuk melihat pada hari ini di Anjungan Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan (Rabu,9/3/16).

Kota tempat saya tinggal tidak dapat menikmati gerhana matahari penuh alias total eclipse seperti yang terjadi di Palu dan Ternate. Tapi semangat melihat penumbra dapat dirasakan di Pantai Losari, apalagi konon katanya momen ini hanya dapat dirasakan dalam waktu puluhan tahun. Ada sekelompok orang yang tidak peduli dengan kelangkaan momen ini dari sudut pandang sains dan mitos. Kedatangan para manusia ini bagi mereka adalah karunia dan berkah.

Adi, seorang juru parkir di daerah pantai adalah salah satunya. Kehadiran momen ini dapat menjadi sumber nafkah untuk anak ketiga dari empat bersaudara ini. Hadirnya fenomena ini membawa atensi para khalayak yang sebagian besar menuju tempat ini dengan kendaraan bermotor atau mobil. Parkiran itu setidaknya dapat membuat Adi dapat "uang rokok" lebih di hari libur Nyepi ini. Adi tidak perlu bertarung untuk satu daerah parkiran dengan banyak juru parkir di daerah ini, karena setiap sudut di jalanan Anjungan Pantai Losari dapat dipakainya. Terlebih semenjak penertiban parkiran dilakukan oleh pemerintah kota.

Ada juga Acha seorang pemilik warung snack dan minuman dingin di depan Anjungan. Buatnya dengan hadirnya keramaian, jumlah dagangan mereka dapat laku dengan cepat dibandingkan hari-hari sebelumnya. Penjualan di beberapa jam itu menurutnya hampir sama penjualan barang dagangan mereka dalam seminggu. "Setidaknya ada mi buat masak selama seminggu." ujarnya.

Selain itu ada  Sofyan, anak kelas 6 SD, yang berprofesi sampingan sebagai anak "penjaga bola" di lapangan tenis setempat. Berkat lautan manusia itu, ia beralih profesi menjadi penjual koran untuk para orang yang hendak menggelarkan salat di anjungan. Selayaknya hari Idul Fitri, koran itu laku cepat oleh para jamaah. Sofyan mengaku dengan hasil penjualan itu dapat meringankan kerjanya selama tiga hari. Lanjutnya, tiga hari itu akan ia manfaatkan dengan bermain bola, olahraga kesayangannya.

Mungkin masih banyak lagi yang dapat merasakan berkah dari gerhana matahari. Ada penjual kacamata khusus gerhana, ada para Imam dan pengisi acara, atau mungkin perangkat kebersihan kota, yang pastinya akan dikerahkan setelah hamburan koran pasca gerhana terlihat banyak di sekitar Anjungan Pantai Losari. Terima Kasih Gerhana.

[caption caption="Proses gerhana matahari di layar yang disediakan (dok : drg. Ruslin)"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline