Lihat ke Halaman Asli

Virus Kelelawar yang Menjadi Kenyataan

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Adakah yang pernah melihat film contagious? Sebuah film fiktif dimana menyebarnya penyakit zoonosis yang mematikan di seluruh dunia. Dalam film ini diceritakan sebuah penyakit menular yang berasala dari hewan. Penyakit ini merupakan perpaduan antara virus flu babi dan flu kelelawar. Di antara kita pasti sudah tidak asing lagi dengan virus flu babi, virus yang sempat menggemparkan warga dunia beberapa tahun silam. Namun pernahkah anda mendengar virus flu kelelawar. Inilah yang menjadi fiksi dari negeri ini, karena sebelumnya memang tidak pernah di temukan virus kelelawar.

Namun tahukah anda bahwa cerita fiktif itu telah menjadi realita. Ya, para ilmuwan telah menidentifikasi pada seekor kelelawar dan menemukan virus semcam itu.

Salah seorang peneliti, Ruben Donis, mengatakan belum mengetahui dampak virus flu kelelawar bagi kesehatan manusia. "Ini masih terlalu dini," ujarnya. Pria yang menjabat kepala virologi molekuler dan vaksin di Divisi Influenza Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat ini juga belum bisa memastikan sampai sejauh mana kemungkinan virus flu kelelawar menular ke manusia.

Donis dan tim peneliti Amerika dan Guatemala menemukan virus flu kelelawar setelah mengisolasinya dari kelelawar kecil berbahu kuning di Guatemala. Kelelawar itu adalah jenis pemakan buah.

Penelitan virus flu kelelawar belum sampai tahap memutuskan bahwa kelelawar adalah sumber atau inang virus flu. Para peneliti justru menemukan kelelawar Guatemala membawa sejumlah penyakit yang dapat menyerang manusia dan hewan lokal, seperti infeksi saluran pernapasan akut, rabies, dan virus Marburg.

Menurut Donis, yang menerbitkan penelitiannya dalam jurnalProceeding of the National Academy of Sciences akhir Februari 2012, persebaran, kelimpahan, perilaku sosial, dan kemampuan terbang jarak jauh sebenarnya membuat kelelawar cocok sebagai inang penyebar virus.

Virus flu kelelawar diberi nama menggunakan huruf H dan N, seperti H1N1 pada virus flu babi dan H5N1 pada virus flu burung. Setiap huruf mewakili sebuah protein di permukaan virus, yaknihemaglutinin danneuraminidase.

Namun spesifikasi protein yang dimiliki virus flu kelelawar jauh lebih unik. Virus ini memiliki protein H dengan pengkodean baru, yaitu H17. Virus flu kelelawar juga memiliki protein N yang tampaknya lebih kuno daripada semua jenis virus Influenza A, bahkan dibandingkan virus Influenza B yang hanya menginfeksi manusia.

Sumber ; http://www.tempo.co/read/news/2012/02/29/095387016/p-Setelah-Burung-dan-Babi-Kini-Virus-Flu-Kelelawar

Seperti sebuah mimpi dimana sesuatu yang dulunya hanya dianggap fiksi, sekarang telah menjadi kenyataan. Dahulu hanya sebuah khayalan sekarang menjadi kenyataan. This just life.

Dengan ditemukannya virus flu kelelawar masyarakat harus lebih waspada terhadap penyakit zoonosis semacam ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline