Lihat ke Halaman Asli

Indonesia, Kodok Bijaksana yang Akan Tersingkirkan  

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Di dalam salah satu kisahnya, Kahlil Gibran menceritakan mengenai beberapa ekor kodok yang bertengkar di atas sebuah batang pisang yang terbawa derasnya arus sungai. Beberapa kodok masing-masing mempertahankan pendapatnya dan terlibat perdebatan panas mengenai keputusan yang dapat diambil mengenai nasib mereka bersama. 

Salah seekor kodok dengan bijak mengatakan bahwa masing-masing pendapat mereka yang bertengkar adalah benar.

Meski begitu, ia akhirnya dijatuhkan ke dalam arus sungai oleh para kodok lain tersebut, sebagai konsensus akhir bersama, dari mereka yang sebelumnya berpendapat yang berbeda.

Indonesia bisa jadi adalah Kodok itu.

Meski era perang dingin telah berlalu,  Cina yang tengah bersinar bersama mereka yang tidak menerima mengenai Amerika yang masih kuat bersama barat dengan demokrasi dan kapitalismenya,baik itu komunisme Rusia, Identitas Persia dan non muslim arabnya Iran, sosialisme amerika latin, serta supremasi hitam negara-negara Afrika, mempengaruhi Indonesia, yang terbiasa tidak memiliki sikap atas apapun, untuk menjadi “bijak”.

Tanda-tanda itu telah tampak pada pemerintahan Jokowi-JK sekarang ini.

Berkali-kali melakukan tindakan sembrono mendasar yang dipengaruhi kekuatan asing, seperti misalnya pembuatan komitmen pinjaman baru ke IMF dan perizinan investasi China trilyunan rupiah. Pengambilan-pengambilan keputusan seperti itu tidak lain adalah bentuk yang bertolak belakang satu sama lain dari sisi si pemangku kepentingan.

Agak senada sebenarnya dengan gerakan non blok yang dikampanyekan presiden Soekarno pada masa awal kemerdekaan, dan akhir zaman kolonialisme di dunia.

Meski begitu, karakter non blok itu telah hilang. Dunia, kini, tenggelam dalam demokratisasi yang mengaburkan penguasaan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan terkait kepentingan masing-masing diferensiasi kedaulatan bangsa dan negara.

Islamophobia dan rasisme di Amerika Serikat, pemihakan zionisme dan resiko global ekonomi yang kesemuanya logikanya tidak terkait satu sama lain, adalah, seharusnya dapat dipercaya (believe) terkait satu sama lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline