Lihat ke Halaman Asli

Promahadesa Jelbuk 2024

Universitas Jember

Mahasiswa Promahadesa UNEJ Mengolah Kotoran Domba Menjadi Pupuk dengan Konsep Teh (Aerated Compost Tea)

Diperbarui: 18 Juli 2024   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Tim Promahadesa Jelbuk 2024

Mahasiswa  Promahadesa (Program Mahasiswa Berdesa) UNEJ 2024 Desa Jelbuk berkolaborasi dengan Mitra yaitu Al Fatihah Farm di bawah naungan CV. Sultan Farm yang berada di Dusun Tenggir Barat, Desa Jelbuk dalam penyelenggaraan pelatihan dan sosialisasi pengolahan limbah kotoran domba sebagai pupuk organik berbasis metode Aerated Compost Tea (ACT) dalam upaya meningkatkan perekonomian peternak serta mendukung pertanian berkelanjutan di Desa Jelbuk. Program ini berjalan dari bulan April hingga November 2024.

Desa Jelbuk memiliki potensi peternakan domba dan kambing yang melimpah, akan tetapi limbah kotorannya belum dimanfaatkan secara maksimal. Al Fatihah Farm merupakan salah satu peternakan yang ada di Desa Jelbuk yang menjalankan usaha jual beli domba yang dikelola oleh Bapak Januar Adi Chandra. Selama ini kotoran dari domba hanya dikumpulkan dan dijual langsung jika ada yang ingin membeli. Pada peternakan ini terdapat 60 ekor domba dan dalam sehari kotoran yang dihasilkan mencapai 2 karung ukuran 50 kg.

Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan pengolahan kotoran menjadi produk yang bernilai guna. Dengan memanfaatkan kotoran domba menjadi pupuk organik yang akan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. ACT (Aerated Compost Tea) merupakan salah satu solusi untuk menangani limbah kotoran ternak dengan metode aerasi. Selanjutnya pupuk organik akan dilakukan aerasi untuk meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam perbaikan struktur tanah. Hasil akhir dari pupuk ini ayitu berupa pupuk cair hasil aerasi. Pupuk cair ini diharapkan dapat menjadi nilai tambah dan lebih praktis daripada pupuk padat.

Dok. Proses Pembuatan Aerated Compost Tea

Menurut Koordinator Tim Nur Ika Dewi, inovasi ini ada dikarenakan observasi dari tim yang menemukan fakta bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi limbah peternakan yang ada di Desa Jelbuk dan pemanfaatannya yang masih minim.

"Inovasi pembuatan pupuk ini harusnya sampai juga di masyarakat bukan hanya sekedar di dunia akademisi saja. Pengolahan pupuk yang terbilang masih baru dan unik ini harusnya dapat meningkatkan perekonomian warga Desa Jelbuk," ujarnya saat dikonfirmasi pada acara sosialisasi dan pelatihan ke masyarakat (Sabtu, 29 Juni 2024).

Dok. Sosialisasi dan Pelatihan

Setelah dilakukan pelatihan dan sosialisasi akan dilakukan pengemasan dan pelabelan hasil pupuk yang akan dikemas per 5 Liter dan kemudian diperjualbelikan. Setelah program pengabdian selesai dilaksanakan, masyarakat Desa Jelbuk dan khususnya Al Fatihah Farm dan CV. Sultan Farm dapat melanjutkan program tersebut sebagai parameter capaian keberhasilan dari tim pengabdian di Desa Jelbuk. Dengan luaran yang diharapkan adalah meningkatkan kompetensi dan pemahaman masyarakat dalam mengelola kotoran menjadi produk pupuk organik dan siap dipasarkan secara luas dengan memanfaatkan media sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline