Lihat ke Halaman Asli

Projek MBKM Desa Balesari

Universitas Tidar

Mahasiswa Projek MBKM Universitas Tidar Raih Keuntungan dari Budidaya Maggot Menuju Zero Waste

Diperbarui: 17 Desember 2024   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Bersama Ibu-Ibu PKK Desa Balesari (Sumber: Dokumentasi Projek MBKM Desa Balesari, 2024)

Magelang, 23 November 2024 – Masalah pengelolaan sampah terus menjadi tantangan besar bagi masyarakat. Melalui program Projek Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa Universitas Tidar mengambil langkah konkret dalam mengatasi permasalahan ini. Salah satu solusi yang diterapkan adalah program budidaya maggot sebagai bagian dari pengelolaan sampah organik. Program ini bertujuan untuk mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sekaligus memberikan manfaat ekonomis.

Budidaya maggot, atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF), menjadi solusi inovatif yang diterapkan mahasiswa. Larva maggot dikenal memiliki kemampuan mengurai sampah organik secara cepat dan efektif. Dalam program ini, mahasiswa MBKM Universitas Tidar melibatkan masyarakat Desa Balesari untuk mengumpulkan limbah rumah tangga seperti sisa makanan dan sayuran. Limbah ini kemudian dijadikan pakan maggot, mengurangi volume sampah organik secara signifikan.


Untuk memastikan keberlanjutan, mahasiswa tidak hanya fokus pada budidaya maggot, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah berbasis komunitas. Selain itu, hasil maggot yang dibudidayakan dimanfaatkan sebagai pakan alternatif untuk ternak dan ikan, yang memiliki nilai jual tinggi. Proyek ini diharapkan dapat terus berkembang dengan membangun kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah desa, dan komunitas lokal.

Pelatihan Budidaya Maggot (Sumber: Dokumentasi Projek MBKM Desa Balesari, 2024)

Budidaya maggot memberikan keuntungan yang beragam, baik secara lingkungan maupun ekonomi. Dari sisi lingkungan, program ini mampu mengurangi sampah organik yang mencemari lingkungan. Sementara dari sisi ekonomi, maggot yang dihasilkan dijual sebagai pakan ternak dengan harga yang kompetitif.

Teknologi Tepat Guna Berupa Alat Pengering Maggot (Sumber: Dokumentasi Projek MBKM Desa Balesari, 2024)

Uji coba pertama budidaya maggot dimulai dengan 12 gram bibit maggot yang berhasil tumbuh dengan baik. Setelah kurang lebih 20 hari, tergantung pada intensitas pemberian pakan, panen menghasilkan sekitar 3,5 kilogram maggot basah. Untuk meningkatkan nilai jual, maggot basah ini diolah menggunakan teknologi tepat guna berupa alat pengering maggot. Proses pengeringan menghasilkan maggot kering dengan bobot sekitar 1,2kilogram atau setara dengan 1.200 gram. Dengan harga jual maggot kering mencapai Rp2.500,00 per gram, pendapatan kotor dari hasil panen ini diperkirakan mencapai Rp3.000.000,00. Keberhasilan ini menunjukkan potensi ekonomi yang besar dari budidaya maggot jika dikelola dengan baik.

Selain itu, hasil panen maggot juga diolah menjadi kompos organik yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian di Desa Balesari. Melalui proyek ini, mahasiswa MBKM Universitas Tidar berhasil membuktikan bahwa solusi sederhana seperti budidaya maggot dapat membawa dampak besar. Tidak hanya menghasilkan keuntungan, tetapi juga membawa masyarakat lebih dekat ke tujuan zero waste. Semoga langkah kecil ini dapat menjadi inspirasi untuk masyarakat luas dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline