Lihat ke Halaman Asli

Seni Mendengar yang Kian Terlupakan

Diperbarui: 31 Juli 2024   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Mutiara Filsuf

Di zaman yang semakin lama semakin maju ini, kita bersama-sama melihat dan menyaksikan perubahan-perubahan yang tampak gamblang. Salah satu perubahan tersebut adalah banyak sekali orang berbondong-bondong belajar seni berbicara di depan umum atau istilah populernya public speaking.

Seminar-seminar diadakan untuk membentuk melahirkan vokalator, orator, advokator, bahkan provokator. Hanya butuh waktu satu sampai tujuh hari pelatihan, selebihnya hanya perlu latihan dan jam terbang.

Alhasil, sekarang kita banyak melihat orang-orang sudah jago bicara di depan umum tanpa rasa grogi, demam panggung dan tanpa malu. Namun ternyata jago ngomong tidak selalu berbuah manis dan baik. Di sisi lain, kita banyak melihat cekcok, adu mulut berjam-jam, bualan-bualan palsu dan pertengkaran yang melahirkan permusuhan yang tak tahu kapan ujungnya mulai dari rumah sampai area umum.

Hal tersebut terjadi karena adanya imbalance atau ketidakseimbangan dalam memainkan seni pengembangan diri (self-improvment). Kemampuan berbicara ini tidak diimbangi dengan kemampuan mendengarkan. Andaikan kedua hal tersebut seimbang, besar kemungkinan akan membuahkan tenggang rasa dan toleransi yang besar, yang akhirnya akan terbentuk masyarakat yang beradab (civil-society).

Jauh sebelumnya Epictetus pernah berkata : "Kita dianugerahi dua telinga dan satu mulut supaya kita menyimak dua kali lebih banyak daripada kita berbicara."

Di dalam Al-Qur'an telah banyak disebutkan alat pendengaran (telinga) beserta fungsinya (mendengarkan) berulang kali, sehingga menimbulkan pertanyaan besar oleh para ulama dan ilmuan tentang seberapa penting "mendengar" ini dalam kehidupan manusia. Al-Quran menyebut kata "sam'a / " beserta musytaqat atau turunannya  dan perubahan tasrifannya sebanyak 185 kali. Sedangkan kata "bashar" (melihat) hanya disebutkan sebanyak 148 kali. Begitu juga "fuad" (hati) juga hanya disebut sebanyak 16 kali saja. Dan terkadang mendengar dan melihat dikombinasikan menjadi satu yang terdapat di 38 ayat.

Semua ayat tersebut menempatkan kata "sam'a-mendengar" pada urutan pertama sebelum "bashar-melihat" dan "fuad" di tempat terakhir. Sebagaimana dikemukakan para pakar bidang 'I'jaz Qurani atau dalam istilah lain "Kemukjizatan Al-Qur'an" diantaranya adalah Professor Dr. Sadiq Al-Hilali, Dr. Hussein Al-Labbidi, Dr. Adnan Al-Sharif, Dr. Muhammad Ali Al-Barr, Dr. Abdel Salam Al-Muhaisiri, dan yang lainnya bahwa 'illat (alasannya) adalah: "Meskipun indera pendengaran dan penglihatan terbentuk secara bersamaan pada tahap-tahap awal perkembangan janin, telinga bagian dalam janin sudah mampu mendengar sekitar bulan kelima, sementara mata belum terbuka dan lapisan sensitif terhadap cahaya belum terbentuk hingga bulan ketujuh. Bahkan pada saat itu, janin belum dapat melihat dengan jelas karena saraf penglihatan belum berkembang sempurna dan janin masih berada dalam kegelapan tiga lapis."

Perlu diketahui juga bahwa Area pendengaran di otak terbentuk dan berkembang lebih dulu secara alami dibandingkan dengan area penglihatan, baik dalam tahap-tahap perkembangan janin maupun hingga saat kelahiran. Oleh karena itu, anak-anak memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang suara dan bunyi terlebih dahulu sebelum memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang hal-hal yang visual yang berkaitan dengan penglihatan.

Secara ilmiah telah terbukti bahwa manusia kehilangan indera penglihatan sebelum kehilangan indera pendengaran saat mulai tidur, saat diberi obat bius, saat tercekik, saat mengalami percepatan yang sangat kuat seperti ngebut, atau saat menjelang kematian.

Seorang bayi yang lahir tuna rungu pasti akan menjadi tuna wicara juga, selain tuna rungu. Sedangkan bayi yang lahir tuna netra tidak akan mengalami gangguan bicara. Itulah mengapa istilah "tuli dan bisu" sering disebut bersamaan dalam beberapa ayat Al-Qur'an (Lihat: QS. Al-Baqarah: 18, 171).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline