Jika Baak/Ibu memang memimpikan putra-putri nya menjadi selebritis, maka Sharenting adalah jalan tepat dan mulus yang bisa dilalui. Sharenting adalah istilah yang berasal dari gabungan kata share (berbagi) dan parenting (mengasuh anak). Istilah ini merujuk pada kebiasaan orang tua yang secara aktif membagikan foto, video, dan cerita tentang anak-anak mereka di media sosial. Fenomena ini sering kali bertujuan untuk mendokumentasikan momen berharga, tetapi pada kasus tertentu, sharenting bisa menjadi bagian dari strategi membangun citra anak sebagai calon selebritis sejak dini.
Contoh paling mencolok datang dari Justin Bieber. Sebelum menjadi salah satu bintang pop terbesar dunia, Justin adalah anak biasa yang bakatnya ditemukan melalui video YouTube yang diunggah ibunya, Pattie Mallette. Pattie dengan penuh dedikasi merekam penampilan Justin menyanyikan lagu-lagu populer dan mempostingnya di internet. Usaha tersebut berhasil menarik perhatian manajer musik terkenal, Scooter Braun, yang kemudian membawa Justin ke dunia hiburan global. Kisah Justin Bieber menunjukkan bagaimana sharenting yang terarah dapat membantu anak mencapai kesuksesan besar.
Di Indonesia, fenomena serupa dapat kita lihat pada keluarga Gen Halilintar. Dengan menjadikan kehidupan sehari-hari mereka sebagai konten, keluarga ini berhasil membangun popularitas anak-anak mereka di berbagai platform media sosial. Kehadiran keluarga Halilintar sebagai family influencer menunjukkan bahwa sharenting tidak hanya berdampak pada karier individu anak, tetapi juga dapat menciptakan brand keluarga yang kuat.
Namun, sharenting juga menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu isu utama adalah risiko privasi. Ketika orang tua membagikan terlalu banyak informasi tentang anak, seperti nama lengkap, tanggal lahir, lokasi, hingga aktivitas sehari-hari, anak menjadi lebih rentan terhadap berbagai ancaman, mulai dari pencurian identitas hingga eksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu, konten yang diunggah di internet bersifat permanen. Anak yang tumbuh dewasa mungkin merasa tidak nyaman atau terganggu dengan jejak digital yang telah dibuat oleh orang tuanya tanpa persetujuan mereka.
Selain risiko privasi, ada juga tekanan psikologis yang bisa timbul dari ekspektasi publik. Anak-anak yang dibesarkan di bawah sorotan media sosial sering kali merasa harus selalu tampil sempurna, sesuai dengan citra yang telah dibangun orang tua mereka. Mereka mungkin kehilangan kebebasan untuk menjadi diri sendiri dan menjalani masa kecil yang normal. Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan stres, rendahnya rasa percaya diri, bahkan masalah kesehatan mental.
Tidak hanya itu, fokus pada membangun citra anak sebagai selebritis dapat memengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Anak mungkin merasa bahwa kasih sayang atau perhatian yang diberikan oleh orang tua hanya bersyarat pada kesuksesan mereka di dunia maya. Hal ini berpotensi merusak ikatan emosional yang seharusnya menjadi inti dari hubungan keluarga.
Apakah membesarkan anak untuk menjadi selebritis benar-benar keputusan terbaik? Pertanyaan ini seharusnya menjadi bahan refleksi mendalam bagi orang tua yang memilih jalur sharenting sebagai bagian dari pola asuh. Orang tua perlu mempertimbangkan keseimbangan antara keinginan untuk membagikan kebahagiaan mereka dengan dunia dan tanggung jawab untuk melindungi privasi serta hak anak untuk memiliki kehidupan yang bebas dari tekanan publik. Bagaimanapun, masa kecil adalah waktu yang berharga dan seharusnya lebih banyak diisi dengan momen bermain, belajar, dan tumbuh dengan bahagia---bukan sekadar mengejar popularitas.
Sharenting mungkin menawarkan peluang besar, tetapi juga membawa tanggung jawab yang tidak kecil. Keputusan ini bukan hanya soal kesuksesan sesaat, tetapi juga soal masa depan anak dan bagaimana mereka mengenang masa kecil mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI