DKI Jakarta, sebagai ibu kota negara, menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Setiap hari, ribuan ton sampah dihasilkan oleh warganya. Salah satu bagian penting dalam pengelolaan sampah adalah pengangkutan dari TPS (Tempat Penampungan Sementara) ke TPST (Tempat Pengolahan Sampah Terpadu) Bantargebang. Namun, waktu operasional truk sampah yang bertepatan dengan jam sibuk pagi hari menimbulkan persoalan baru: kemacetan parah di jalan raya.
Truk Sampah dan Jam Sibuk Pagi
Pada pagi hari, saat orang tua mengantar anak ke sekolah dan pekerja bergegas menuju kantor, kehadiran truk sampah di jalan-jalan utama sering kali menjadi hambatan lalu lintas. Kendaraan besar ini bergerak lambat dan membutuhkan ruang lebih besar dibandingkan kendaraan biasa. Akibatnya, arus lalu lintas terganggu, dan waktu tempuh pengguna jalan semakin lama. Tidak hanya itu, bau tidak sedap yang sering kali menyertai truk sampah menambah ketidaknyamanan pengguna jalan.
Mengapa Truk Sampah Beroperasi di Pagi Hari?
Menurut pihak terkait, truk sampah dioperasikan di pagi hari untuk memastikan sampah dari TPS tidak menumpuk terlalu lama dan mengurangi risiko pembusukan. Namun, pendekatan ini mengabaikan dampak negatif yang ditimbulkan terhadap lalu lintas pagi yang sudah padat.
Solusi: Operasional di Malam Hari
Melihat dampak kemacetan yang ditimbulkan, solusi yang lebih ideal adalah memindahkan operasional truk sampah ke malam hari. Berikut adalah beberapa manfaat dari perubahan jadwal ini:
Mengurangi Kemacetan: Pada malam hari, volume kendaraan jauh lebih sedikit dibandingkan pagi hari. Dengan demikian, truk sampah dapat bergerak lebih leluasa tanpa mengganggu arus lalu lintas.
Meminimalkan Gangguan Aktivitas: Operasional di malam hari akan lebih sedikit mengganggu aktivitas warga, seperti perjalanan ke sekolah atau kantor.
Kondisi Udara yang Lebih Nyaman: Dengan memindahkan pengangkutan sampah ke malam hari, bau busuk yang sering menyertai truk sampah tidak akan terlalu mengganggu pengguna jalan.