Lihat ke Halaman Asli

Priyasa Hevi Etikawan

Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Refleksi Hari Guru Nasional Tahun 2024, dari Rasa Aman hingga Isu Peningkatan Kesejahteraan

Diperbarui: 25 November 2024   07:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru republik Indonesia | Sumber : Olahan pribadi

Sangat tepat jika bulan November diidentikkan dengan bulan pahlawan. Di bulan ini terdapat peringatan hari besar nasional yang keduanya berhubungan dengan pahlawan. Pertama, tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan. Peringatan ini dilatarbelakangi oleh peristiwa heroik pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Kedua, tanggal 25 November yang diperingati sebagai hari guru nasional. Ini dilatarbelakangi dengan terbentuknya organisasi guru terbesar di Indonesia yaitu PGRI yang lahir pada tanggal 25 November 1945.

Kata pahlawan identik dengan perjuangan mulia, pengorbanan, dan kehormatan. Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) kata pahlawan diartikan sebagai orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani; hero. Guru ada di dalamnya.

Peringatan hari guru nasional dari tahun ke tahun selalu dirayakan dengan hingar bingar. Berbagai macam kegiatan dilaksanakan mulai dari pemasangan bendera, kegiatan upacara, kegiatan perlombaan dan kegiatan-kegiatan lain seperti seminar atau kegiatan pemberian penghargaan atas prestasi guru. Di tengah begitu banyaknya isu terkait dunia keguruan dan pendidikan kita meriahnya kegiatan peringatan hari guru nasional memberikan pertanda bahwa minat dan ketertarikan orang untuk menjadi guru di Indonesia ternyata masih sangat tinggi.

Dewasa ini di sekolah-sekolah sudah mulai bermunculan guru dari generasi z (guru gen z). Generasi z adalah mereka yang lahir antara tahun 1997-2012. Para guru muda ini menjadi penerus para pendahulunya yang telah banyak memasuki masa pensiun alias purna tugas. Bukan hanya sang guru tetapi siswa juga banyak yang berasal dari kalangan generasi z. Dimana siswa dari kalangan gen z ini diidentikkan dengan mereka yang sedari lahir sudah akrab dengan teknologi, cenderung cepat bosan, dan bermental strawberry alias rapuh.

Tantangan para guru dalam mendidik generasi z dan generasi alpha sangatlah besar. Juga fenomena kekerasan dan penyimpangan perilaku dalam dunia pendidikan sudah menjadi konsumsi publik. Pembaca masih ingat peristiwa kasus yang menimpa ibu guru Supriyani? Begitu menyedot perhatian publik. Ibu guru Supriyani mengajar anak dari generasi alpha. Anak kelas satu sekolah dasar dengan usia sekitar 8 tahun.

Perlunya Rasa Aman

Saya membayangkan di momentum peringatan hari guru nasional tahun 2024 ini Supriyani pulang kembali ke rumah. Dan datang ke sekolah dengan disambut peluk mesra para muridnya dan jabat tangan rekan sejawat oleh karena rasa kasih sayang dan solidaritas yang kuat. Supriyani seorang guru honorer di SDN 4 Baito, Kabupaten Konawe Selatan merupakan guru honorer yang telah mengabdi selama 16 tahun. Di tengah kasus yang membelitnya dimana ia dituduh melakukan pemukulan kepada siswanya sendiri inisial (D) yang berusia 8 tahun itu, Supriyani kemarin Rabu (20/11) mengikuti tes online seleksi ASN PPPK untuk formasi guru SD.

Saat ini perkara yang menimpa Supriyani telah ditangani untuk diadili di Pengadilan Negeri (PN) Andoolo, Kabupaten Konawe Selatan, yang akan kembali dilaksanakan sidang putusan pada Senin 25 November 2024. Tepat bersamaan dengan peringatan hari guru nasional tahun 2024 dilaksanakan Supriyani kembali bersidang.

Perjuangan menjadi guru honorer selama 16 tahun bukanlah hal yang enteng. Tidak kalah heroik dengan perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Ada begitu banyak suka duka, pahit getir, dan pengorbanan di dalamnya. Tentu Supriyani dan para guru lainnya di republik ini pantas menyandang gelar pahlawan. Bukan pahlawan tanpa tanda jasa tetapi pahlawan insan cendekia.

Tetapi para pahlawan dalam dunia pendidikan ini kini menghadapi berbagai macam persoalan dan tantangan serius. Meskipun kita semua sepakat bahwa kemajuan sebuah negara sangat dipengaruhi oleh kemajuan sistem pendidikannya tetapi fakta di lapangan sering berkata lain. Merdeka belajar dan program kebijakan merdeka yang lain-lain itu belum mampu memerdekakan guru dari rasa takut dan was-was akan keselamatan dan keamanannya dalam melaksanakan tugas. Supriyani adalah contoh nyata akan hal itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline