Kata-kata pembelajaran bermakna dan menyenangkan sering terdengar setelah era kurikulum merdeka. Beberapa literatur mengatakan frasa ini pertama kali muncul saat menteri pendidikan Nadiem Makarim mulai menerapkan kurikulum darurat pada saat terjadi pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.
Beliau resah dengan fakta selama ini bahwa dalam dunia pendidikan kita terjadi semacam ketimpangan antara tingginya nilai hasil ujian dengan keterampilan hidup (life skill) yang semestinya dikuasai oleh anak-anak kita.
Secara kognitif nilai di atas kertas bagus tapi secara keterampilan nyata di lapangan jauh panggang dari api. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa selama ini apa yang dipelajari siswa di sekolah ternyata tidak nyambung dengan situasi yang dialami dalam kehidupan nyata. Istilah yang lebih keren adalah siswa tidak mempelajari sesuatu yang kontekstual. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tidak sesuai dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari. Akhirnya pengetahuan yang didapatkan di sekolah menjadi tidak (baca : kurang) bermakna.
Jika mengacu pada teori belajar konstruktivisme memang dalam sebuah proses pembelajaran harusnya terjadi sebuah pemahaman baru tentang konsep yang tengah dipelajari. Terjadi proses ketersinambungan di dalam struktur kognitif anak didik.
Pengetahuan baru yang didapat akan tersambung dengan pengalaman belajar yang sudah dialami anak didik sebelumnya. Sehingga pada akhirnya akan terbentuk struktur kognitif yang padu dan padan dalam pikiran anak didik. Karena proses ketersinambungan tadi. Tidak terputus dan random (acak). Pemahaman utuh dan menyeluruh ini membuat peserta didik mengalami pembelajaran bermakna.
Pembelajaran bermakna akan terjadi jika siswa mengalami situasi belajar yang menyenangkan. Situasi belajar yang menyenangkan dapat digambarkan sebagai sebuah kondisi dimana siswa berada dalam suasana emosi yang positif : bahagia, bebas, leluasa dan bersemangat tanpa adanya perasaan terkekang apalagi tertekan.
Siswa bisa dengan leluasa menjadi dirinya sendiri dalam proses belajar. Belajar merdeka sesuai dengan bakat dan minatnya. Lalu sebetulnya apa dan bagaimana proses pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan itu?
Pembelajaran Bermakna
Tentu kita sepakat bahwa sebuah pembelajaran dikatakan berhasil jika setelah mengikutinya anak didik mendapatkan pengalaman baru yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungannya. Pembelajaran bermakna secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang.
Kata relevan ini menjadi kunci. Kita bayangkan sebuah kondisi dalam suatu wilayah pedesaan misalnya dimana anak didik setiap hari melihat dan berinteraksi dengan kondisi lingkungan yang sangat agraris semacam pertanian atau perladangan.