Lihat ke Halaman Asli

Priyasa Hevi Etikawan

Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Pergulatan Guru di Tengah Isu Dekadensi Moral Siswa

Diperbarui: 22 Februari 2024   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasu guru dan siswa. (Sumber: Kompas.com/Sucipto)

Para pembaca sekalian pernah melihat siswa yang merokok? Juga pasti pernah melihat siswa di bawah umur mengendarai sepeda motor? Atau melihat sekelompok siswa bermain game sepulang sekolah dengan mengucapkan kata-kata toxic

Itulah fenomena pemandangan yang kerap kita temui dewasa ini. Yang membuat kita terkadang menjadi mengelus dada. Dan bertanya-tanya beginikah cerminan hasil dari pendidikan karakter?

Tentu saja tidak. Pendidikan karakter dalam setiap kurikulum apapun pasti mengusung nilai-nilai etis mulia. Yang sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. 

Ambil contoh dulu pada era kurikulum KTSP 2006 pernah dicanangkan konsep penanaman 18 karakter bangsa. Lalu pada era kurikulum 2013 juga dicanangkan program penumbuhan budi pekerti serta konsep Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Dan jangan lupa pada era Kurikulum Merdeka sekarang dengan konsep Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Tetapi bukan di situ masalahnya. Kini kita dihadapkan pada sebuah masa di mana terjadi disrupsi besar-besaran sebagai pengaruh perkembangan zaman dan arus deras kemajuan teknologi.

Kontradiksi sebagai Pengaruh Era Disrupsi

Era disrupsi adalah masa di mana perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan karena adanya inovasi yang begitu hebat sehingga mengubah sistem dan tatanan kehidupan masyarakat secara luas. Dan dewasa ini kita semua telah sampai pada masa itu.

Saya teringat pada sebuah rapat sekolah yang diselenggarakan beberapa waktu lalu. Salah seorang sahabat guru menyampaikan pendapatnya. Beliau merasakan kegundahan atas perilaku sopan-santun siswanya yang dirasa semakin memudar. 

Beberapa siswa kerap mengucapkan kata-kata kasar saat bercanda dengan teman, rasa percaya diri siswa yang menurun dalam pembelajaran, sampai pada kurangnya rasa menghargai terhadap guru.

Saya bersama kepala sekolah serta rekan-rekan guru lain mendengarkan dengan saksama keluhan sahabat saya ini. Hingga terjadi diskusi yang cukup hangat di antara kami semua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline