Lihat ke Halaman Asli

Priyasa Hevi Etikawan

Guru SD || Pecinta Anime Naruto dan One Piece

Berepot-Repot dengan E-Rapor

Diperbarui: 5 Desember 2023   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar ilustrasi E-Rapor | Sumber : Dokpri

Kegiatan Penilaian Akhir Semester 1 atau Asesmen Akhir Semester 1 tahun pelajaran 2023/2024 tengah dilaksanakan. Kegiatan ini berujung pada pengolahan nilai rapor sebagai aktivitas rutin yang dilakukan guru di akhir semester berjalan. Rapor atau laporan hasil belajar merupakan dokumen yang berisi informasi tentang nilai dan atau prestasi belajar murid dalam satu semester.

Sejak tahun 2017 bersamaan dengan implementasi kurikulum 2013, Kemdikbudristek merilis aplikasi olah nilai rapor yang disebut E-Rapor. Aplikasi E-Rapor besutan Kemdikbudristek ini sudah terintegrasi dengan aplikasi Dapodik. Sehingga pengguna dapat langsung menarik data dari Dapodik sebagai sumber referensi data E-Raportnya.

Di era sekarang era penerapan kurikulum merdeka juga Kemdikbudristek telah merilis aplikasi E-Rapor untuk mengolah nilai pada kurikulum merdeka. Meskipun selalu dan selalu saja masalah klasik kembali berulang. Kurang seriusnya dalam pengembangan dan penyempurnaan aplikasi E-Rapor tersebut.

Mengapa saya katakan kurang serius? E-Rapor KM produk dari Kemdikbudristek sangat minim pengembangan. Juga sangat sedikit sekali kanal atau channel yang bisa diikuti oleh pengguna sebagai media mempelajari penggunaan E-Rapor ini. Kalaupun ada mereka yang mengulas dan memberikan tutorial kebanyakan adalah guru atau sekolah pengguna. Dari pihak pengembang sendiri menyediakan kanal atau channel khusus untuk pembahasan E-Rapor nya tetapi sangat terbatas.

Pengalaman saya tahun lalu menggunakan aplikasi ini cukup tertatih-tatih. Pada awal rilis banyak bugs dan eror menyertai. Sampai kemudian dirilis update patchnya toh tetap saja kendala saya temui : tidak bisa mencetak rapor P5 untuk kelas 4.

Saya tidak mengerti apakah ini hanya kasus yang terjadi pada saya atau juga dialami pengguna lain. Tapi setelah saya cek Instagram pengembangnya memang banyak yang mengeluhkan hal serupa. Masih banyak bugs eror dimana-mana. Entah bagaimana perkembangan aplikasi ini sekarang. Masih berjalan pengembangannya atau mandeg di tengah jalan. Karena sepi kabar dan minim sekali sosialisasinya.

Selalu terlintas tanya dalam hati kecil saya, mengapa aplikasi sepenting ini tidak dikembangkan dengan serius? Padahal untuk mendukung implementasi kurikulum merdeka, kurikulum yang tengah gencar-gencarnya digaungkan ini, jelas membutuhkan aplikasi olah nilai yang mapan. Karena apapun kurikulumnya pasti ujungnya guru melakukan olah nilai dan cetak rapor sebagai bahan laporan kepada walimurid.

Minimnya sosialisasi, sedikitnya kanal media informasi dan aplikasi yang masih banyak bugs eror sangat disayangkan. Kemdikbudrsitek mestinya bisa merancang dan mengembangkan aplikasi yang tangguh. Sehingga "orang-orang bawah" seperti saya bisa menggunakan dengan lebih baik dan tidak repot karena E-Rapor yang masih mentah. Aplikasi yang saya bahas adalah aplikasi E-Rapor SD. Entah bagaimana perkembangan E-Rapor di jenjang SMP/SMA. Apakah sudah lebih baik atau sama saja?

Perlunya Visi Bersama

Pengembangan E-Rapor yang baik dan terstruktur selain mempermudah pelaksana teknis di bawah juga akan membawa banyak dampak pengiring lainnya. Jaman sekarang konon guru dituntut untuk mampu bekerja dalam tim dan mampu berkolaborasi dengan siapapun. Demikian juga dalam hal teknis olah nilai rapor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline