“Tiap bayi yang baru lahir di Indonesia terbebani utang negara Rp 8 juta”. Pernyataan itu adalah judul berita di Merdeka.com yang dimuat di www.berita.plasa.msn.com hari ini (Kamis, 18 Juli 2013).
Angka 8 juta tersebut dihitung dari jumlah utang pemerintah Indonesia per akhir Mei 2013 sebesar Rp 2.036 triliun dibagi jumlah penduduk Indonesia, yang berdasarkan data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), tercatat sebesar 250 juta. Bila agak sulit menghitung angka triliunan, karena mungkin jumlah digit di kalkulator atau excel tidak cukup, berarti memang sudah saatnya dilakukan redenominasi (penyederhanaan penyebutan mata uang dengan menghilangkan sebagian angka nol).
Anggap perhitungan angka itu benar dan akurat dan kekayaan dihitung dari jumlah utang yang dimiliki setiap orang, maka rakyat Indonesia jauh lebih kaya dari rakyat Amerika Serikat (AS). Nggak percaya?
Berapa beban utang setiap orang di AS?
Per ‘detik’ tulisan ini dibuat, jumlah beban utang per orang di AS, yang dihitung dari jumlah utang pemerintah AS dibagi jumlah penduduk, adalah sebesar USD 188.506. Bila ‘dirupiahkan’ (dengan kurs Rp 10.000/USD) menjadi Rp 1,9 milyar. Ini berarti besarnya utang setiap warga negara di AS lebih dari 200 kali jumlah utang setiap orang Indonesia.
Adapun jumlah utang setiap keluarga di AS adalah USD 748.165 (sekitar Rp 7,5 milyar).
Bila ingin melihat perkembangan jumlah utang pemerintah AS detik demi detik, dilihat dilink ini:http://www.usdebtclock.org/.
Jadi, bila dilihat dari jumlah utang yang ditanggung, maka rakyat Indonesia terbukti jauh lebih kaya dari rakyat AS. Lain memang kalau semakin besar utang menunjukkan semakin besar pula kepercayaan terhadap orang tersebut, yang berarti orang tersebut dianggap lebih bisa dipercaya karena dianggap pasti mampu membayar utangnya. Dengan kata lain, bila jumlah utang yang didapat makin besar, maka orang tersebut dianggap lebih kaya.
AS memang memiliki semboyan yang bunyinya: ‘The United States debt, foreign and domestic, was the price of liberty’ (Alexander Hamilton).
Lihat juga:
“Mau tetap merdeka? Berhutanglah”
(http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2010/08/20/mau-tetap-merdeka-berhutanglah-233165.html)
“Rakyat AS berdoa demi utang”
(http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/07/28/rakyat-as-berdoa-demi-utang-384372.html)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H