Lihat ke Halaman Asli

Priyantarno Muhammad

menulis buat healing

Kaki Langit, Secangkir Kopi, dan Gunung Nona

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14144565751664775942

Menjadi pengabdi di sebuah kementerian yang memiliki begitu banyak cabang, memiliki beberapa konsekuensi yakni berada jauh dari keluarga dan berteman dengan sunyi, dan saya adalah seorang pegabdi yang harus menerima konsekuensi itu. Tulisan ini bukan ajang curhat kepada mereka yang memiliki “tangan-tangan” dewa yang bisa menempatkan bidak-bidak catur sesuai kebutuhannya. Bukan!, tulisan ini hanya tentang sebuah sunyi yang indah.

Sebagai pengabdi kita tidak bisa membenci sunyi, itu adalah teman kita. Kota ini bukan tempat sunyi pertama yang saya temui, di kota seperti ini selalu ada banyak kenangan yang bisa kita tulis, kekerabatan dan kekeluargaan menjadi lebih kuat, di tempat sunyi saya yang pertama (Majene, 2004) saya menemukan keluarga-keluarga baru, teman tertawa dan berbagi segala ketololan, saya berterima kasih kepada mereka atas semua pelajaran yang saya peroleh. (ah kita sudahi saja sedu sedan tentang kenangan).

Kota tempat saya bertugas ini namanya Enrekang, jangan tanya saya asal nama dan sejarahnya, saya kurang paham. Enrekang adalah sebuah wilayah yang “agak” tertinggal di Sulawesi Selatan, anda akan sulit menemukannya di peta, entah apa yang jadi jualan kota ini padahal dia dikelilingi oleh kabupaten dengan potensi yang luar biasa, ada kabupaten Pinrang dan Sidrap yang menjadi lumbung beras Sulawesi Selatan, dan ada Tana Toraja, kota wisata yang terkenal mendunia itu. Enrekang menjadi seperti “anak tiri” yang diciptakan tuhan di Sulawesi Selatan.

Untuk mencapai Enrekang, memerlukan waktu 4-5 jam dari Makassar, anda bisa pilih jalurnya melalui kabupaten Sidrap atau melalui kabupaten Pinrang. Memasuki kota Enrekang , anda langsung dapat menyaksikan hamparan pegunungan terbesar di Sulawesi, Gunung Latimojong. Menurut wikipedia tinggi gunung ini sekitar 3.680 meter.

(gunung latimojong dilihat dari arah lapangan kota enrekang)

Enrekang adalah kota kaki langit yang sunyi, saking sunyinya hanya ada satu traffic light yang saya pikir hanya sebagai penanda bahwa ini wilayah kota, lama pergantian waktu lampu merah ke hijau hanya 20 detik (benarkan, hanya pajangan semata). Bagaimana membunuh sepi di kota seperti ini?.

Kalau anda orang religius, maka ini adalah tempat untuk menyaksikan bagaimana kebesaran Allah dan lebih dekat dengan alam, kalau anda ingin diet maka kota ini baik untuk olahraga (lari dan naik sepeda) serta mengurangi porsi makanan (susah cari makanan di sini). Nah bagaimana jika kemudian kita mulai bosan dengan semua rutinitas itu? Maka kota ini punya jawabannya yakni Bambapuang.

Bambapuang adalah sebuah daerah yang berjarah 30 menit dari kota Enrekang mengarah ke kabupaten Tana Toraja, di sini anda bisa menyaksikan bagaimana kaki-kaki langit itu begitu mempesona menjejalkan dirinya di bumi, di lokasi ini ada beberapa tempat peristirahatan dan minum kopi, di tempat itu anda akan menikmati bagaimana bagaimana pemandangan gunung nona (bukan dalam arti kiasan!) begitu mempesona menemani anda dan secangkir kopi.

14144567242013370652

(secangkir kopi dan gunung nona)

Nah indah bukan? Tapi saran saya,jika anda pendatang jangan lama-lama tugas di kota ini, bahaya terlalu banyak gunung nona (nah ini dalam arti kiasan) yang bisa membuat anda lupa pasangan anda.

Salam

@priyantarno




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline