Di zaman yang serba susah ini, salah satu kesulitan terbesar yang dihadapi masyarakat indonesia adalah masalah pekerjaan. Tingginya angka pengangguran, disebabkan karena banyaknya stock tenaga kerja yang berbanding terbalik dengan jumlah lapangan pekerjaan. Akibatnya saling sikut sini sikut sana dalam memperoleh pekerjaan. Bahkan tidak jarang dalam proses penerimaan pegawai baru terjadi praktek suap untuk memperlancar jalan agar diterima. Efeknya, bagi yang berkompeten bisa saja gagal lolos karena "main bersih" sedangkan yang kurang berkompeten justru diterima karena punya "orang dalam". Sedangkan bagi mereka yang ingin asal kerja saja, terkadang harus melakoni pekerjaan yang tidak sesuai dengan ijazah pendidikannya dulu. Misalnya saja S1 hukum jadi karyawan Minimarket.
Namun bagi mereka, tidak masalah meski bekerja bukan sesuai dengan ijazah atau bidangnya. Prinsip mereka sederhana, asal tidak nganggur. Selain itu dalam pikiran mereka juga tertanam rencana bahwa nanti ketika ada lowongan baru yang lebih pas, maka secepatnya mereka akan resign dari tempat bekerja saat ini untuk pindah ke tempat kerja yang lebih baik. Nah, masalahnya adalah proses menjalani kehidupan kerja di tempat yang kurang pas ini terkadang memerlukan waktu yang tidak singkat. Bisa 6 bulan, satu tahun bahkan mungkin lima tahun. Saat dalam masa penantian itulah ketegaran perasaan diuji. Masalahnya, ketika seseorang memutuskan untuk "asal kerja" secara otomatis mereka sudah pasrah dengan kerjaan apapun yang akan didapatkannya nanti, berikut dengan gaji yang diterima. Yang butuh dia kok, bukan perusahaan. Jadi harga tawar si pelamar kerja sangat rendah disini.
Namun karena berbagai alasan, mau tak mau mendapat gaji kecilpun harus diterima dengan lapang dada. Seiring berjalannya waktu, beberapa orang kemudian merasa minder dan malu ketika punya gaji kecil. Ditambah lagi dengan masa depan yang masih kabur tak jelas, membuat golongan ini semakin tidak percaya diri. Alih-alih kemudian termotifasi untuk bekerja giat agar jabatan naik, mereka justru semakin merasa rendah diri karena masalah penghasilan tersebut.
Sebenarnya kalian tidak perlu pesimis meskipun penghasilan yang kita terima belum sesuai dengan apa yang kita harapkan. Berikut adalah beberapa alasan mengapa kalian tidak perlu pesimis
- Dengan sudah memiliki pekerjaan, setidaknya kalian bukan pengangguran
Ingat kembali perjuanganmu dulu ketika mendapatkan pekerjaan tersebut, jelas tidak mudah. Untuk berada di posisimu sekarang butuh perjuangan dan pengorbanan. Ingat-ingat kembali itu semua. Maka ketika kamu sudah merenung dan mengingat hal tersebut, dari pikiran yang pesimis akan berubah menjadi optimis karena akan tertutupi oleh perasaan bersyukurmu itu.
2. Selalu yakin, semua ada waktunya
Kamu harus selalu percaya bahwa roda kehidupan ini berputar. Tidak selamanya kamu akan berada di bawah. Ada saatnya nanti kamupun akan merangkak naik serta kemudian berada di posisi puncak
3. Anggap saja belajar mengatur anggaran
Dengan gaji yang minimalis, sudah tentu kamu harus pintar-pintar mengatur pengeluaran. Kamu secara terpaksa namun kemudian terbiasa akan bisa memilah mana keinginan, dan mana kebutuhan. Bahkan kebutuhan pun masih bisa kamu uraikan lagi menjadi kebutuhan mendesak dan yang belum mendesak. Hal itu tidak dapat kamu temukan seandainya saja kamu saat ini sudah punya penghasilan besar. Sebab ketika penghasilanmu besar maka kamu tanpa pikir panjang lagi biasanya akan langsung berusaha mendapatkan apa yang menjadi keinginanmu. Disinilah yang biasa menjadi bumerang yaitu ketika bias antara keinginan dan kebutuhan sudah hilang.
4. Percaya saja, rejeki kita tak akan tertukar
Menurut agama yang saya anut, setiap manusia yang terlahir ke dunia ini sudah punya jalan rejeki masing-masing. Dan itu semua sudah diatur, tidak mungkin tertukar. Jadi positive thinking saja kalau saat ini gajimu masih sedikit. Sebab mungkin itu yang terbaik untuk kamu saat ini. Ingat, Tuhan pasti tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya.