Lihat ke Halaman Asli

koko anjar

Seorang penikmat senja dengan segala romantikanya. Menyukai kopi dan pagi sebagai sumber inspirasi dan dapat ditemui di Hitsbanget.com.

Betapa Sulitnya Menjalin Hubungan dengan Tentara

Diperbarui: 31 Maret 2017   06:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah menjadi tradisi di setiap awal tahun, bulan-bulan pertama adalah bulan dimana hujan turun hampir setiap hari. Kata orang, hujan itu membawa 10% air dan 90% kenangan. Kenapa bisa begitu? Karena kenangan akan membawa kita kepada rasa rindu. Dan ketika kita berbicara tentang rindu,maka hal tersebut tak akan bisa dipisahkan dari yang namanya LDR. Yah, Long Distance Relationship atau bisa kita sebut juga dengan istilah hubungan jarak jauh.

Seandainya saja hidup itu bisa memilih, sudah barang tentu tidak ada yang mau menjalani LDR. LDR itu penuh resiko, penuh tantangan, dan tidak sedikit juga yang gagal. Hanya keadaanlah yang membuat seseorang itu mau dan kemudian mampu untuk menjalani LDR. Pepatah “bisa karena terpaksa” menjadi pegangan awal mereka ketika hendak menjalankan hubungan jarak jauh tersebut. Mereka selalu yakin, bahwa di setiap ada awal, pasti akan ada akhir. Dan mereka akan selalu menjaga keyakinannya tersebut, bahwa tidak selamanya jarak dan waktu akan memisahkan mereka. Ada saatnya nanti mereka akan berkumpul lagi, tanpa ada jarak yang memisahkan.

Hampir sebagian besar anggota TNI, pernah menjalani LDR. Entah itu ketika mereka masih berkenalan, ataupun ketika mereka sudah menikah dan berkeluarga. Bagi mereka yang masih berada pada fase kenalan (pendekatan), awal dari hubungan jarak jauh itu adalah ketika si pria (atau wanita) di terima masuk sebagai siswa di lembaga pendidikan TNI. Entah itu di level Tamtama, Bintara, ataupun Perwira. Pada saat itu, secara otomatis komunikasi dengan dunia luar akan terputus. Bersyukurlah mereka yang tinggal di dekat lembaga pendidikan TNI. Sebab, kalau teman dekat (baca:pacar J) mereka sedang menjalani pendidikan, hanya waktu saja yang memisahkan mereka. Akan tetapi lain cerita dengan mereka yang berbeda kota. Jarak dan waktu seolah menjadi tembok tebal yang sangat sulit untuk ditembus dalam menjalani hubungan mereka.

“Mas berangkat dulu yaa, besok pagi mas berangkat ke Solo, tes pusat. Gak lama kok, paling cuma tiga minggu”

Seperti itulah pesan terakhir seorang calon prajurit sebelum berangkat untuk mengikuti tes pusat. Maklum saja, selama penyelenggaraan tes pusat, seluruh calon prajurit tidak diperkenankan membawa ataupun memakai alat komunikasi. LDR tahap pertama pun dimulai. Selang tiga minggu kemudian barulah dia bisa berkomunikasi kembali dengan dunia luar, yaitu saat pengumuman dan itupun cuma sebentar.

“Alhamdulilah mas lulus dek, doakan mas yaa semoga lancar menjalani pendidikan ini. Besok pagi pendidikan mas dibuka, adek jaga diri baik-baik yaa disitu. Kalau sudah selesai karantina nanti mas pasti kabarin adek.”

Mungkin semua wanita yang menerima pesan singkat seperti itu sudah bisa dibayangkan bagaimana campur aduknya perasaan mereka, antara bahagia, bangga atau sedih menjadi satu. Hanya satu kata yang bisa menguatkan. Kepercayaan.

Masa tiga bulan pendidikan yang sangat berat harus mereka lalui tanpa ada komunikasi sedikitpun. Tidak ada telfon, sms, bbm bahkan surat sekalipun. Hanya doa yang terlantun sajalah sesuatu yang dapat selalu membuat mereka terhubung. Tiga bulan setelah karantina berakhir, para calon prajurit ini pun diperbolehkan untuk pesiar keluar dari ksatrian.

Saat itu, waktu pesiar atau ijin bermalam menjadi waktu yang sangat dinantikan oleh para siswa ini. Ketika waktu pesiar tiba, mereka bisa gunakan waktu tersebut untuk melepas kerinduan kepada orang-orang yang mereka sayangi. Selain orang tua, teman atau saudara, yang mereka pasti temui saat pesiar tentu saja sang pujaan hati. Waktu yang hanya beberapa jam saja menjadi waktu yang sangat berharga. Malahan, tidak jarang juga hanya beberapa menit, sebab waktu pesiar ini sangatlah terbatas. Selain itu, para siswa TNI ini juga harus membagi waktu pesiarnya untuk keperluan lainnya. Bagi mereka yang tempat tinggal pujaan hatinya tersebut berada satu kota dengan tempat pendidikan, jelas waktu yang singkat ini tidak menjadi masalah.

Nah, kalau beda kota atau bahkan beda pulau bagaimana? Sekali lagi, bersyukurlah kalian sudah terlahir di jaman yang serba modern. Dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini, jarak dan waktu yang jauh bisa dibuat menjadi dekat dengan berbagai alat komunikasi dan layanan media sosial yang ada.

“Dek gimana kabarnya? Mas lagi pesiar nih, tiga bulan gak ketemu kangen juga yaa. Mas harap adek disitu selalu baik-baik saja.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline