Lihat ke Halaman Asli

Surat Terbuka Kepada Presiden Joko Widodo Soal Hukuman Mati

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14217411791070985569

Yth.

Joko Widodo

Presiden Republik Indonesia

Perihal: Pelaksanaan Hukuman Mati

Dengan hormat,

Semoga Pak Joko Widodo selalu dalam lindungan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Saya menuliskan surat terbuka ini karena kegundahan saya terhadap pelaksanaan hukuman mati kepada para terpidana hukuman mati. Pak Joko Widodo, saya adalah salah satu relawan yang mendukung bapak sejak bapak berkampanye untuk menjadi gubernur DKI Jakarta. Kerelawanan saya juga saya lanjutkan ketika bapak berjuang menuju kursi kepresidenan.

[caption id="attachment_392035" align="alignnone" width="960" caption="Topi ini diberikan kepada saya dalam sebuah acara relawan ketika masa kampanye presiden 2014 lalu."][/caption]

Dukungan kepada Bapak bukannya tanpa sebab. Saya melihat rekam jejak Bapak sejak Bapak menjadi walikota Solo menjadi pertimbangan utama saya. Bapak begitu humanis menangani beberapa persoalan sosial. Di Solo, Bapak mampu menata pedagang kaki lima dengan sabar. Di Jakarta, Bapak juga mampu menata kawasan kumuh dengan pendekatan kemanusiaan. Inilah yang membuat saya mendukung Bapak. Namun akhir-akhir ini wajah kemanusiaan Bapak sangat berubah dengan menolak permohonan grasi bagi 64 terpidana hukuman mati. Saya memang sangat menentang pelaksanaan hukuman mati dengan berbagai alasan. Tapi alasan yang terutama adalah saya menghargai setiap kehidupan. Bagi saya, hukuman mati adalah bentuk hukuman yang tidak beradab, bentuk hukuman masa gelap kemanusiaan. seolah Bapak tidak berdaya menghadapi kejahatan dimana Bapak sebagai Presiden Republik Indonesia memiliki segala alat negara yang memungkinkan Bapak dapat mencegahnya.

14217413401167334890

Bapak Presiden yang saya hormati.

Bapak pernah berkata bahwa pelaksanaan hukuman mati (terutama bagi terpidana narkoba) merupakan bentuk ketegasan dalam perang melawan narkoba. Saya sepakat, seperti halnya korupsi, terorisme, narkoba merupakan kejahatan luarbiasa yang dapat mengeroposkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bertanah air dan juga karena sudah jutaan rakyat yang terkena narkoba. Namun upaya untuk mengurangi, menghapus segala kejahatan luarbiasa itu dengan mengekseksekusi mati para terpidana mati merupaka langkah mundur bagi kemanusiaan. Dengan melaksanakan hukuman mati, Bapak Presiden sepertinya kehilangan iman dan harapan bahwa kejahatan dapat diatasi bersama dengan cara-cara manusiawi. Semoga Bapak Presiden tidak dalam keadaan frustasi dengan cepat-cepat melaksanakan hukuman mati, dan dengan hal itu satu masalah kejahatan dapat selesai.

1421741465189107822

Bapak Presiden yang saya sayangi.

Bapak memang telah menolak grasi bagi para terpidana mati, yang mana keputusan itu suliit untuk ditinjau kembali. Namun walau demikian, Bapak Presiden dapat memerintahkan Jaksa Agung agar hukuman mati dengan cara dihadapkan pada regu tembak tersebut tidak dilaksanakan. Biarlah terpidana mati ini menjalani sisa umurnya alias sampai meninggal di dalam penjara. Mereka sudah tinggal lama di penjara selama bertahun-tahun untuk menunggu “jadwal” dimatikan. Hal ini saja telah membuat mereka menderita dan merenungi perbuatan mereka. Bapak Presiden, kita dapat memanfaatkan terpidana mati ini sebagai pembelajaran jika mereka masih dibiarkan hidup walau hidup di penjara. Mereka dapat bersaksi bagaimana mereka melakukan kejahatan, bagaimana mereka terlibat, latar belakang dan sebagainya. Tentunya, kesaksian mereka dapat didokumentasikan dan disebarkan ke masyarakat agar masyarakat tidak terlibat dalam kejahatan dimana mereka bisa menghabiskan hidup mereka dalam kunkungan dinding penjara.

Bapak Presiden yang saya hargai,

Saya percaya, dengan cara-cara lebih manusiawi dan dengan memanfaatkan strategi dan perangkat komunikasi yang ada, Negara Indonesia mampu mengurangi angka kejahatan apapun, termasuk kejahatan narkotika. Ketegasan Bapak dalam perang melawan kejahatan narkotika khususnya tidak akan berkurang dengan tidak melaksanakan hukuman mati. Ketegasan adalah sebuah tekad dimana Bapak Presiden terus menerus konsisten dengan apa yang Bapak ucapkan atau janjikan. Sama halnya seperti Bapak dahulu tegas terhadap penataan kota dimana bapak tetap berhasil menata kota tanpa adanya darah tertumpah sebagaimana halnya pemerintahan dahulu melakukan penggusuran.

Bapak Presiden yang saya muliakan,

Bukanlah sebuah prestasi ketika Bapak melaksanakan hukuman mati sebanyak-banyaknya kepada terpidana mati. Bapak masih mempunyai pilihan yang manusiawi dan bernalar dalam menghadapi suatu kejahatan. Masih banyak cara untuk mengajarkan masyarakat menjauhi kejahatan dengan mengetahui akar permasalahan kejahatan itu sendiri dan segenap aktor-aktornya. Jika Bapak mematikan salah satu aktornya, kita kehilangan kesempatan untuk menggali lebih jauh peran aktor ini. Suara semua pemangku kepentingan mesti didengar, sama seperti halnya dulu Banyak mendengar keluh kesah pedagang kaki lima yang akan direlokasi. Hilangnya satu suara dengan cara tidak menghargai kehidupan dapat menyebabkan kita tidak dapat menangani sebuah masalah. Nyawa seseorang adalah sesuatu yang sangat berharga dan tak tergantikan. Dengan hal ini pulalah yang mendasari NAWACITA KE EMPAT: Kami akan memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Dalam butir NAWACITA KE EMPAT itu disebutkan Bapak juga akan menghormati Hak Asasi Manusia. Tidak ada martabat ketika Bapak menganggap bahwa kematian dapat menyelesaikan sebuah masalah.

Ketika pemerintahan Bapak memerintahkan untuk menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan di lautan kita, saya masih menganggap kebijakan ini adalah bentuk ketegasan, karena yang musnah adalah benda mati yang digunakan untuk merugikan kedaulatan kita. Namun, kebijakan Bapak saat ini menyangkut nyawa dimana Bapak masih mempunyai pilihan bentuk hukuman dimana sang pelaku kejahatan masih dapat kesempatan hidup.

Bapak Prsiden yang saya pilih,

Terakhir dalam surat ini saya memohon rasa kemanusiaan Bapak yang dulu Bapak miliki dengan tidak mengeksekusi mati para terpidana yang sudah dijatuhi hukuman mati. Biarlah mereka dengan martabat kemanusiaan yang masih tersisa, mereka habiskan seluruh sisa hidup mereka dalam Lembaga Pemasyarakatan. Martabat kemanusiaan yang tersisa dari mereka dapat menjadi pembelajaran bagi yang masih hidup. Bapak masih memiliki pilihan untuk menghargai kehidupan, dan PILIHAN MENGHARGAI KEHIDUPAN MERUPAKAN KETEGASAN. Semoga Bapak selalu dikaruniai kebijaksanaan dari Pemilik Kehidupan, Allah Maha Pencipta.

Jakarta, 20 Januari 2015

Priya Husada

14217416391846348174




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline