Lihat ke Halaman Asli

Bermula dari Keraguan menjadi Kegemaran dalam Membaca

Diperbarui: 2 Juni 2024   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Saat membaca buku berjudul "Sapiens" karya Yuval Noah Harari, saya terdorong untuk mempertimbangkan bagaimana imajinasi telah menjadi fondasi dari kemampuan komunikasi manusia yang kompleks. Namun, tulisan ini bukan tentang sejarah evolusi manusia. Sebaliknya, saya akan mengeksplorasi bagaimana hubungan yang erat antara imajinasi dan membaca telah membentuk cara kita memahami dunia sekitar. 

Kutipan dari Albert Einstein, "Imagination is more important than knowledge," menyadarkan kita akan kekuatan imajinasi dalam membentuk masa depan kita. Bermimpi atau mengimajinasikan merupakan kegiatan gratis yang memiliki dampak besar. Proses kognitif menunjukkan bahwa menciptakan sesuatu memerlukan tingkat keterlibatan yang lebih tinggi daripada sekadar mengingat atau memahami. Sebagai contoh, karya seni, penemuan ilmiah, atau inovasi teknologi semuanya bermula dari imajinasi manusia. Namun, untuk bisa mengimajinasikan hal-hal besar yang mungkin menjadi kenyataan, kita memerlukan kecintaan dalam membaca. Melalui membaca, pikiran kita terbuka untuk ide-ide baru, mengembangkan kreativitas, dan mendorong kita mencapai pencapaian luar biasa dalam hidup kita.

Novel pertama yang berhasil saya selesaikan adalah "Ayah" karya Andrea Hirata. Awalnya, saya tidak langsung tertarik pada membaca dan merasa sulit memahami novel tersebut. Saya mencoba membaca tulisan yang lebih pendek, seperti cerita pendek pada laman American Short Stories, tetapi minat saya terhadap membaca belum juga tumbuh. Bahasa Inggris klasik juga membuat saya sulit memahami. Namun, saya tidak menyerah. Saya mencoba membaca komik yang menurut saya lebih menarik dengan adanya gambar. Dan benar saja, saya bisa menyelesaikannya lebih cepat. Komik pertama yang saya baca adalah "Gandhi (Great Figures in History series)".

Meskipun awalnya saya masih ragu-ragu terhadap membaca, saya tetap senang dengan kegiatan membeli buku -- ketidakmampuan saya mengendalikan emosi ternyata punya dampak positif. Salah satu penulis yang karya-karyanya membuat saya terus membeli buku adalah Paulo Coelho. Buku pertama karya beliau yang saya baca adalah "Sang Alkemis". Ceritanya sangat menginspirasi dan meninggalkan kesan mendalam dalam hidup saya. Sejak itu, saya menjadi ketagihan membeli buku-bukunya. Jika Anda penasaran, silakan beli dan baca bukunya!

Demikianlah cerita saya sampai akhirnya senang membaca. Motto 'Membaca adalah jendela dunia' yang sering terlihat di dinding sekolah sungguh menginspirasi. Membaca tidak hanya mengasah otak kita untuk menggambarkan apa yang kita baca, tetapi juga meningkatkan kreativitas berpikir dan merangsang imajinasi kita. Saya bersyukur Anda telah meluangkan waktu untuk membaca tentang betapa pentingnya membaca. Mulailah membaca apa pun yang Anda sukai, dive in and enjoy! Saya menantikan cerita yang menjadi momen "jadi suka baca" versi Anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline