Lihat ke Halaman Asli

Pengamen di Kota Madiun

Diperbarui: 9 Oktober 2023   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Saya pernah dipukuli satpol PP di Jawa Tengah, ini saja jahitannya masih basah," sambil menunjuk jahitan di kepalanya, kata Budi (bukan nama sebenarnya). "Saat ini kami memilih berkelompok, bertiga. Kami tidak berasal dari wilayah yang sama" Sahut Alif (bukan nama sebenarnya) Kelihatannya Alif adalah pimpinan kelompok mereka. Dia terlihat lebih dewasa dan dominan dibanding yang lain. Wawancara saya dengan alif terjadi beberapa tahun silam, saat itu saya mendapat tugas penelitian tentang PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial).

Wawancara ini saya lakukan di Kabupaten Madiun, bukan Kota Madiun. Saat itu, saya memilih berada di pertigaan lampu merah dekat pasar. Terlihat 3 orang pengamen yang bergantian mengamen saat lampu menyala merah. Setelah merasa cukup mengamati, berbekal satu bungkus rokok. Saya mencoba mendekat, sok akrab dan memulai percakapan.

Saat itu alif terlihat paling antusias ketika saya ajak ngobrol, dia berusia sekitar 20 tahunan berasal dari Jawa Tengah. Mereka mengamen disini sekitar 2 minggu, tidak ada masalah saat memulai mengamen. Saat itu tempat ini masih kosong katanya.

Sambil mengambil rokok, Alif memanggil Budi dan Anton (bukan Nama sebenarnya). Akhirnya kami ngobrol berempat. Budi berasal dari Lampung, dia sudah keluar dari rumah hampir 1 tahun. Merantau ke Jakarta. Ternyata disana tidak sesuai dengan harapan akhirnya dia memilih menjadi pengamen di Jakarta. Kemudian Budi bertemu dengan Anton yang berasal dari Jakarta. Pertemuan terjadi di dinas social setelah mereka tertangkap satpol PP.

Di Dinas social hanya beberapa hari, mereka dipindah atau lebih tepatnya di bebaskan di Jawa Tengah. Jauh dari Jakarta. Anak muda dengan minim keahlian dan berada di tempat jauh dari tempat tinggal, pilihan mereka bertahan hidup sangat sedikit apalagi kalau bukan mengamen.

Belum lama mereka mengamen, mereka harus tertangkap satpol PP. tertangkap yang kedua ini ternyata membuat mereka bertemu dengan Alif. Setelah dibebaskan, mereka memilih untuk berkelompok dan mengamen di Madiun.

Saat mengamen mereka memiliki jam operasional yang sudah paten. Pagi jam 05.00-07.00, siang pukul 11.00-13.00 dan sore pukul 15.00-17.00. sehari tiga kali. Dalam satu Shift mereka bisa mendapatkan uang sebesar 90.000 rupiah. Bukan uang yang kecil. Saat itu UMR kabupaten Madiun masih dibawah 2 juta.

Pemilihan jam operasional bukan ngawur, mereka melakukan beberapa kali percobaan dan mengetahui bahwa waktu puncak kendaraan lalu lalang disekitar jam tersebut. Ketika saya Tanya uang segitu buat apa? Alif menjawab, untuk makan dan rokok. Kalau ada sisa untuk mabuk katanya sambil tertawa. 

"Saat disana, saya melihat ada pengamen yang berantem, rebutan wilayah itu mas," kata Alif. Hal semacam itu biasa di jalan. Makanya kami memilih bertiga, bisa gantian dan bila ada yang mau menggannggu minimal mereka akan berpikir dua kali lipat.

Pengalaman yang menarik adalah saat dikejar satpol PP di Jakarta kata Anton, dia salah milih gang, ternyata gang buntu. Mau tidak mau Anton langsung balik badan dan mengancam balik satpol PP yang mengejar, sambil mengacungkan gitar kecil yang dia pegang. Saat itu satpol PP yang mengejar hanya sendirian. Sehingga Anton berpikir, jika satu lawan satu kemungkinan menang masih ada karena dia bawa gitar kecil sebagai senjata. Ternyata saat itu satpol PP nya Cuma minggir dan memberikan kesempatan anton untuk lewat dan melarikan diri. Anton pun tertawa, ternyata kalau satu lawan satu mereka takut juga hahaa.

Berbeda dengan Anton nasib Budi ternyata kurang beruntung saat di Jawa Tengah, dia pernah dihajar satpol PP hingga kepalanya terluka dan harus di jahit. Akhirnya dia harus tertangkap dan dibawa ke Dinas Sosial. Saat di Dinas social ini mereka bertiga bertemu dan sepakat membentuk kelompok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline