Lihat ke Halaman Asli

Pak Sukarjan : Kulo Mbecak Kagem Jogja (Saya Mengayuh Becak Untuk Jogja)

Diperbarui: 21 September 2015   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Becak,siapa sih tak kenal alat transportasi yang satu ini.Transportasi yang semakin tertinggal yang kini mungkin telah di pandang sebelah mata.Becak banyak di kenal hampir di seluruh daerah di Indonesia hanya saja penyebutannya yang berbeda.Becak adalah sebuah Transportasi tradisional yang masih menggunakan jasa mengayuh,namun kini keberadaan becak semakin berkurang dan bahkan hampir punah.

Namun tidak di Jogja,becak masih tetap terus ada dan banyak di jumpai di sudut kota Jogja.Salah satu yang masih mempertahankan profesinya sebagai pengayuh becak adalah Pak Sukarjan,lelaki  paruh baya yang kurang lebih 35 tahun menekuni dan mengabdikan dirinya sebagai tukang becak.Di tengah kota Jogja yang semakain ramai ini becak sudah tidak digandrungi seperti dulu lagi,tapi satu niat beliau yaitu untuk terus melestarikan becak agar becak tak tinggal sekedar nama saja.

“Nggeh pripun meleh mbak,mbecak niku pun penguripane kulo kawit mbiyen,kulo mbecak kagem Gusti,niat kulo tulus lillahi ta’ala.Nek di tangkleti hasile pinten nggeh mestine kurang tapi nggeh niki pengabdiane kulo kagem  Jogja lan Sri Sultan,insyaallah berkah” (ya,mau gimana lagi mbak,menjadi tukang becak itu sudah sumber penghidupan saya sejak dulu,saya mengayuh becak untuk Gusti,niat saya tulus lillahi ta’ala.Kalau ditanya soal pendapatan ya pastinya kurang tapi inilah wujud pengabdian saya untuk jogja dan untuk Sri Sultan,insyaallah berkah) kata Pak sukarjan saat di tanya alasan menjadi tukang becak.

Pak Sukarjan adalah salah satu contoh dari ratusan pengayuh becak yang masih mepertahankan becaknya demi untuk melestarikan becak di tengah-tengah kota yang hampir seperti ibu kota ini.Pak Sukarjan adalah sosok orang yang sangat kuat dan tabah dalam menjalani hidup.Setiap harinya beliau mengayuh becak dari rumahnya di Kowen,Sewon,Banguntapan,Bantul menuju stasiun tugu untuk menjemput risky dengan mengantar para penumpang kereta api menuju ke tujuan masing-masing.

Berebut penumpang dengan para pengayuh becak lainnya bahkan tak jarang tidak mendapat penumpang sama sekalipun sudah menjadi hal yang biasa bagi bapak 5 orang anak ini.Dengan berbekal keikhlasan dan ketekunan serta usaha dan doa tak menyurutkan semangat Pak Sukarjan untuk terus mengayuh becaknya.Berangkat setelah subuh dan pulang hingga tengah malam telah menjadi rutinitas sehari-hari Pak Sukarjan,

Hidup dengan sederhana dan serba pas-pasan tak menyempitkan pikiran Pak Sukarjan tentang Pendidikan untuk putra putrinya.Bagi beliau pendikan tetap nomor 1 bagi putra putrinya,beliau mempunyai mimpi suatu saat putra putrinya akan menyandang gelar sarjana meski sang ayah hanya seorang tukang becak.Beliau tak mau anak-anaknya nanti memiliki nasib sepertinya,menjadi pengayuh becak yang kini hampir punah,Beliau tak ingin anak-anaknya merasakan hidup serba pas-pasan atau sebagai pekerja kasaran sepertinya.

Tak hanya menjadi pengayuh becak,pak Sukarjan sudah pernah mencoba beralih profesi sebagai seorang kuli panggul di pasar Bringharjo,menjadi kuli bangunan bahkan menjadi tukang pengumpul botol bekas di sekitaran alun-alun utara.Tapi baginya semua pekerjaan itu tak senyaman beliau menjadi seorang pengayuh becak.

Bagi beliau menjadi tukang becak itu menyenangkan selain menjual jasa juga dapat belajar memahami arti sebuah perbedaan.Perbedaan pendapat dan pengalaman sering pak Sukarjan dapatkan dari setiap penumpangnya.Berbagi pengalaman dan pembelajaran beliau dapatkan saat berbincang dengan penumpang saat beliau mengantarkan penumpang tersebut pada tujuannya.Bahkan pak Sukarjan ini sedikit banyak paham bahasa inggris,dan itu beliau dapat dari para penumpang dan turis yang menjadi penumpangnya.

Inilah sedikit kisah dari Pak Sukarjan,sosok pengayuh becak yang masih terus bertahan di kota yang sudah semakin modern ini,dan tetap melestarikan becak agar tidak punah yang beliau dedikasikan dalam bentuk pengabdian kepada jojga dan Sri Sultan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline