Lihat ke Halaman Asli

Priscilla Rachel

Mahasiswa jurnalistik

Pentingnya Pola Komunikasi Keluarga Dalam Mempengaruhi Kesehatan Mental Anak

Diperbarui: 27 Desember 2023   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kesehatan mental, yang melibatkan aspek fisik dan psikis, memiliki peran sentral dalam perkembangan seseorang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan mental sebagai kondisi di mana individu memiliki kesadaran diri, mampu mengatasi stres, dan tetap produktif tanpa keharusan mencapai standar harapan mutlak. Prof. Dr. Syamsu Yusuf menyoroti hubungan antara kesehatan mental dan cara individu memandang diri sendiri, orang lain, serta bagaimana mereka mengevaluasi dan mengambil keputusan.

Fokus penelitian kesehatan mental anak menuntut pemahaman mendalam terhadap faktor internal dan eksternal, seperti faktor genetik, temperamen, kesehatan fisik, dan pola komunikasi dalam keluarga. Family Communication Model (FCP), yang menggambarkan dua aspek utama, yaitu socially oriented dan concept-oriented, menjadi kunci pemahaman dalam memahami dinamika komunikasi dalam keluarga.

Pola komunikasi keluarga menjadi unsur krusial yang memengaruhi kesehatan mental anak. Terdapat empat pola komunikasi keluarga yang beragam dalam pendekatan dan dampaknya. Pertama, Pola Komunikasi Persamaan menekankan kesetaraan hak dan derajat di antara anggota keluarga, menciptakan lingkungan terbuka dan jujur. Kedua, Pola Komunikasi Seimbang Terpisah menyoroti kesetaraan dengan porsi peran masing-masing anggota keluarga. Ketiga, Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah menandai dominasi satu individu dengan penekanan pada keahlian dan pengetahuan yang lebih tinggi. Keempat, Pola Komunikasi Monopoli memunculkan satu individu sebagai pemegang kekuasaan, yang cenderung memberikan perintah dan memonopoli pengambilan keputusan.

Dalam konteks hubungan orang tua dan anak, terdapat tiga pola komunikasi yang memainkan peran krusial. Pertama, Pola Komunikasi Membebaskan memberikan kebebasan tanpa batasan, namun bisa menyebabkan perasaan tidak dipedulikan oleh orang tua. Kedua, Pola Komunikasi Otoriter menekankan aturan yang kaku, dengan kontrol tinggi dari orang tua, yang dapat menimbulkan efek negatif pada anak. Terakhir, Pola Komunikasi Demokratis menciptakan keseimbangan dengan saling terbuka, memberikan kebebasan untuk memilih dengan tetap memberikan batasan yang jelas.

Mengingat pentingnya peran pola komunikasi keluarga, sangatlah krusial bagi orang tua untuk membangun komunikasi yang nyaman dan terbuka dengan anak-anak mereka. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan kesehatan mental anak-anak. Dengan saling mendengarkan, memahami, dan membangun kepercayaan, orang tua dapat membantu membentuk fondasi yang kuat bagi kesehatan mental anak-anak mereka.

Dalam menghadapi tantangan kesehatan mental anak, pola komunikasi keluarga memegang peran utama. Oleh karena itu, penting bagi setiap keluarga untuk menyadari dan memahami dampak dari pola komunikasi yang diterapkan. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan positif bagi kesehatan mental anak-anak kita.

DAFTAR PUSTAKA

Djayadin, C., & Munastiwi, E. (2020). Pola Komunikasi Keluarga Terhadap Kesehatan Mental Anak Di Tengah Pandemi Covid-19. Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 4(2), 160-180.

Hafizah, E., & Sari, P. (2019). Pola Komunikasi Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak. Raheema: Jurnal Studi Gender dan Anak, 6(1), 91-104.

Rahmah, S. (2019). Pola komunikasi keluarga dalam pembentukan kepribadian anak. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 17(33), 13-31.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline