Lihat ke Halaman Asli

Sepasang Sandal Jepit Usang

Diperbarui: 8 September 2015   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku sudah biasa dihina oleh banyak orang. Sudah biasa diinjak dan tak dipandang bahkan kehadiranku tak dihargai sama sekali bahkan oleh pemilikku sendiri. Setiap harinya aku berjalan berkilo-kilometer jauhnya, merasakan begitu teriknya sinar matahari menemani pemilikku bekerja untuk menafkahi keluarganya. Menginjak tumpukan sampah sudah menjadi rutinitasku setiap hari. Sudah bertahun-tahun aku dipakai oleh Pak Kardi, pemilikku dan tiba saatnya kejenuhan itu muncul. Jenuh harus berjalan jauh, jenuh akan semua hal yang aku rasakan sekarang. Dan muncullah pikiran untuk pergi meninggalkan Pak Kardi. Tapi apa dayaku, aku hanyalah sepasang sandal jepit yang tak dapat pergi sesuka hatiku. Aku pergi berdasarkan keinginan pemilikku saja dan pasrah kemana aku akan dibawa.

Kadang aku bertanya mengapa aku diciptakan menjadi sandal jepit yang tak ada artinya dan tak berguna, sudah usang dan bahkan tak layak untuk dipakai. Namun tiba-tiba terlintas di pikiranku bahwa sepatutnya aku bersyukur bahwa Pak Kardi tidak membuangku begitu saja dan masih memakaiku untuk melakukan sesuatu yang berguna. Tanpaku mungkin Pak Kardi tidak dapat mencari nafkah untuk keluarganya. Aku membayangkan apabila Pak Kardi membuangku begitu saja, dimana aku berada di tumpukan sampah setiap harinya, tak dipedulikan, dan tak berguna sama sekali. Sekarang aku sungguh bersyukur bahwa kehadiranku boleh berguna untuk pemilikku.

Tiba suatu saat ketika Pak Kardi sudah memiliki cukup banyak uang dan berganti profesi dari pemulung menjadi karyawan swasta, akupun dibuang olehnya. Seharusnya aku senang tidak merasakan penderitaan lagi, tetapi saat ini yang kurasakan adalah perasaan sedih. Sedih dan juga kecewa bahwa Pak Kardi tega membuangku begitu saja dan digantikan oleh sepasang sepatu baru yang jauh lebih indah daripadaku.

Malam sebelum Pak Kardi membuangku di tempat sampah, sepasang sepatu baru yang dibeli Pak Kardi mengatakan sesuatu yang memotivasi diriku. Ia mengatakan bahwa walaupun aku sepasang sandal jepit yang usang namun jasaku begitu besar dimana dengan adanya aku, Pak Kardi dapat membeli dia dan juga mendapatkan pekerjaan yang lebih layak lagi. Bahwa tanpaku Pak Kardi belum tentu bisa seperti sekarang ini. Disitu aku sadar bahwa selama ini aku telah begitu berjasa untuk pemilikku dan tiba saatnya sekarang aku untuk beristirahat dan membiarkan sepasang sepatu yang baru dibeli tersebut boleh menjadi sepasang sepatu yang berguna dan dapat membuat Pak Kardi lebih sukses lagi ke depannya. Dan inilah aku sang sandal jepit yang berada di tumpukan sampah yang begitu bangga atas jasa yang telah kuberikan selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline