Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

5 Hal Berkesan Bulan Puasa buat Anak 90-an!

Diperbarui: 2 April 2023   22:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Republika

Tanpa bermaksud mengglorifikasi generasi, tapi rasanya mengalami masa kanak-kanak pada tahun 90-an itu berkesan banget. Pasalnya, kami berada pada zona transisi, mengalami akhir dari masa lalu dan awal dari masa depan. 

Kami merasakan banyak hal yang hilang sekarang, tetapi tidak gagap pada kemajuan zaman. Termasuk dalam hal puasa/bulan ramadan. Ada banyak hal yang menjadi kenangan yang rasanya sulit terulang di masa sekarang. Apa saja itu? Inilah 5 hal berkesan bulan puasa buat anak 90-an!

1. Libur Sekolah Sebulan Penuh

Tahukah kamu, pernah ada masanya Pemerintah meliburkan sekolah selama sebulan penuh saat Ramadan? Ya, hal itu terjadi pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur). Tepatnya pada tahun 1999. 

Rasanya ini menjadi bulan puasa terseru di masa kecilku. Soalnya, bukan malah berkonsentrasi beribadah atau mengerjakan tugas sekolah yang seabrek, isinya ya main semua. 

Apalagi saat itu ada ding dong (permainan rental gim) di dekat rumah. Jadi sebagian besar waktu dihabiskan di sana, meski hanya menonton orang-orang bermain gim (tidak punya uang lebih untuk bermain). Sampai-sampai pernah beberapa kali aku harus dijemput Bapak yang sudah membawa sapu agar segera pulang ke rumah karena dianggap lupa waktu.

2. Asmara Subuh

Entah siapa yang menamainya sebagai asmara subuh. Ini sebenarnya aktivitas jalan pagi. Seusai salat Subuh di masjid, anak-anak akan berkumpul lalu jalan pagi sekitar beberapa kilometer. Aktivitas ini dinilai aman karena pada saat itu jalanan di pagi hari sangatlah sepi, hanya sesekali kendaraan melintas. Jadi beramai-ramai kami akan menyusuri jalan raya, bercengkarama, sambil menikmati udara pagi.

Frasa Asmara Subuh sepertinya muncul di koran saat itu karena ada fenomena jalan pagi ini dijadikan ajang para muda-mudi untuk janjian berkencan di perkotaan. Saya yang tinggalnya di pinggiran sih tidak pernah melihat ada pasangan muda-mudi yang hanya berduaan. Seringnya ramai-ramai, berkelompok, mengingat secara norma, saat itu masyarakat memang masih sangat menjaga batas.

Sayangnya, aktivitas ini kemudian terhenti di kampung saya karena mulai ada yang menyalahgunakan momen tersebut untuk kebut-kebutan di jalan raya. Jalanan yang sepi kemudian menjadi tidak aman. Apalagi setelah jatuh korban. Secara masif, anak-anak kemudian dilarang keluar rumah untuk jalan pagi di jalan raya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline