Lihat ke Halaman Asli

Pringadi Abdi Surya

TERVERIFIKASI

Pejalan kreatif

Menjaga Identitas Toba Lewat Desa dan Tema

Diperbarui: 25 September 2021   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kaldera Toba. Sumber: Kompas.com

Air jatuh begitu deras di antara dedaunan. Dari sebuah sungai di atas bukit, aliran air itu langsung jatuh ke danau dengan warna biru kehijauannya yang khas. Pemandangan yang sedemikian langka itu salah satunya dapat kita saksikan di Danau Toba. Air terjun Binangalom namanya. Ia menjadi salah satu destinasi yang sangat ingin kukunjungi. Keindahannya tak tepermanai. Kulihat pemandangan itu dalam sebuah tayangan di Youtube dan kuaminkan air terjun itu pantas menyandang nama Binangalom, yang berarti sungai (binanga) dan penyejuk hati (lom), dalam dua kata Batak Toba.

Air terjun Binangalom. Sumber: Tripelaketoba.com

Tidak ada yang menyangsikan keindahan Toba. Dan tidak sedikit orang yang mencoba mengabadikan keindahan itu dalam berbagai karya. Salah satu yang paling masyhur adalah puisi Danau Toba, buah karya penyair kenamaan, Sitor Situmorang: 

Aku rindu pada bahagia anak,
Yang menunggu bapaknya pulang,
Dari gunung membawa puput,
Sepotong bambu tumbuh di paya-paya.

Pada perahu tiba-tiba muncul sore,
Dari balik tanjung di teluk danau,
Membawa Ibu dari pekan,
Dengan oleh-oleh kue beras  bergula merah.

Tidak hanya dalam puisi, kemolekan Toba pun tersaji secara ciamik dalam novel Toba Dreams. Novel buah karya TB Silalahi itu menjadi salah satu kenangan indah dari saat aku masih bekerja di Kaurama. Novel terbitan Kaurama (via lini Exchange) itu kemudian difilmkan dan aku mendapatkan jatah tiket gala sehingga aku berkesempatan melihat Vino G. Bastian dan Marsha Timoty yang menjadi pemeran dalam film tersebut secara langsung. Bukan hanya soal cerita dan kemampuan seni perannya yang menarik, film tersebut juga menampilkan keindahan daerah di sekitar Toba dan warisan-warisan budayanya. Saat menatap layar besar itu, aku bergumam di dalam hati, suatu hari, Toba harus kukunjungi.

Saat Kaldera Toba ditetapkan sebagai Global Geopark oleh UNESCO pada tahun 2020 lalu, aku merasa senang. Namun, itu bukanlah titik akhir. Justru titik awal untuk memulai pariwisata Toba sesuai fitrahnya, yaitu wisata dengan kaitan geologis dan warisan tradisi yang tinggi dengan masyarakat lokal khususnya dalam hal budaya dan keanekaragaman hayati.

Sebab, hatiku kerap terusik melihat banyaknya tempat wisata melulu berkiblat ke Bali. Awalmya aku curiga ada upaya ingin menciptakan Bali-Bali baru dan melupakan identitas utama yang paling penting. Dan pembangunan pariwisata seharusnya berdasarkan identitas utama tersebut.

Danau dengan luas permukaan kurang lebih 1100 meter persegi dan volume air sekitar 1258 kilometer kubik itu merupakan kaldera dari gunung api purba yang meletus dan menjadi danau terbesar di Indonesia. Danau ini menjadi ekosistem bagi banyak spesies ikan yang harus dijaga kelestariannya.

Pelestarian ini perlu diingat adalah bagian dari kehidupan masyarakat Toba. Menjaga danau berarti menjaga kehidupan. Karena itulah, pengembangan pariwisata Toba utamanya perlu memperhatikan hal ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline